KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemutusan hubungan kerja (PHK) atau
layoff di industri
financial technology (
fintech) cukup signifikan terjadi di sepanjang tahun 2022. Ini digadang-gadang karena adanya pergantian model bisnis. Berdasarkan laporan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) atau AFTECH Annual Members Survey (AMS), tercatat 84% responden
startup fintech melakukan
layoff sepanjang 2022. Bahkan 76% di antaranya tidak berencana untuk menambah tenaga kerja dalam waktu dekat. Ketua Dewan Pengawas AFTECH Rudiantara menyampaikan, PHK yang terjadi di industri
fintech normal terjadi. Menurutnya, jika dibandingkan dengan bisnis konvensional lainnya PHK justru lebih banyak.
“Namanya juga
startup perusahaan rintisan, tapi saya yakin pengembangan di bidang
talent, beberapa
startup justru menambah sumber daya manusianya,” ujarnya dalam peluncuran laporan AMS 2022/2023, di Jakarta, Kamis (27/7).
Baca Juga: Gopay Jadi Aplikasi Tersendiri, Pengamat: Bisa Perluas Ekosistem Dompet Digital Rudi menjelaskan bahwa saat terjadi badai di perusahaan
startup (
tech winter), banyak yang melakukan rekalibrasi dan efisiensi di bidang biaya. Namun, kata dia, setelah badai tersebut berlalu perusahaan akan semakin
resilient. “Kelihatannya akan ada
spring (setelah
tech winter) jadi sudah siap semua, akan semakin
resilient,
venture capital sudah punya dana banyak lagi, terutama Fed suku bunga itu turun lagi, uang akan mengalir pada
startup, salah satunya
fintech,” jelasnya. Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal II Aftech Firlie Ganinduto mengatakan bahwa selama ini perusahaan
fintech mengutamakan pencapaian nilai (
value creation). Kata dia, dengan adanya
tech winter investasi untuk
startup lebih selektif dan perusahaan membuat bisnis model yang lebih menguntungkan. “Jadi sekarang itu
mindset-nya bukan
value creation tapi lebih ke
profit and loss, jadi mungkin banyak
adjustment soal pergantian bisnis model terus efisiensi dan lain sebagainya, sehingga membuat industri ini semakin sehat,” katanya ditemui di tempat yang sama. Firlie menuturkan, PHK ini merupakan langkah terbaik untuk menuju dunia usaha yang lebih sehat. Dia bilang, dua sampai tiga tahun ke belakang tren perusahaan
startup menjadi
hype, namun menurutnya itu merupakan suatu
bubble.
Baca Juga: Tetap Jadi Fintech, GoTo Financial Tak Akan Bertransformasi ke Bank Digital “Jadi itu bukan hal yang sehat untuk dilihat, karena perusahaan itu lebih mengutamakan pencapaian nilai yang tidak merefleksikan kondisi
real sektornya seperti apa,” tuturnya. Lebih lanjut, Firlie menambahkan bahwa fenomena PHK ini sudah hampir selesai. Katanya, ke depan dia berharap bakal ada kenaikan tenaga kerja. “Bisnis model itu adalah penyesuaian, seleksi alam pada perusahaan, ketika mereka menemukan bisnis model yang pas mereka akan melakukan
recruitment,” tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi