KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Rencana PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) untuk melepas saham perdana alias
initial public offering (IPO) anak usahanya: PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) bakal berliku. Kabar yang sampai ke Kontan, rencana ini bakal terganjal dengan banyak masalah.
Pertama, Mitratel bakal sulit IPO lantaran bisnis infrastruktur menara masih masuk dalam daftar negatif investasi atau DNI. Ini akan menjadi hadangan
pertama bagi Mitratel masuk pasar saham. Lantaran nvestor asing tak bisa masuk alias ikut memiliki saham Mitratrel. Kecuali, pemerintah mengubah daftar negatif investasi seiring sahnya da n berlakunya Undang-Undang (UU) Cipta Kerja.
Kedua, dalam bisnis menara, Telkom (
TLKM) selama ini memiliki dua anak usaha dalam menjalankan bisnis ini yakni Telkomsel serta Daya Mitra Telekominikasi. Berdasarkan laporan tahunan TLKM 2019, Telkomsel memiliki 18.000 menara telekomunikasi. Adapun Mitratel memiliki 15.829 menara. Dengan skenario Mitratel langsung IPO dengan aset menara yang dimilikinya, maka valuasi IPO Mitratel dengan kepemilikan menara hanya 15.829 menara menjadi kurang menarik. Dalam bisnis menara, Mitratel harus bersaing dengan pemain lainnya seperti: PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR), PT Inti Bangun Sejahtera Tbk, PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT Bali Towerindo Sentra Tbk serta PT Sarana Menara Nusantara Tbk. Dengan kepemilikan menara di bawah 16.000 menara, jumlah ini masih kalah dengan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang kini memiliki lebih dari 21.000 unit menara. Kepemilikan menara Mitratel setara dengan menara TBIG yang per Maret 2020 lalu memiliki 15.540 menara Berdasarkan laporan keuangan TLKM, pangsa pasar bisnis menara Mitratel pada tahun 2019 memang naik 4,1%, dari 19,8% pada tahun 2018 menjadi 23,9%. berdasarkan perhitungan internal perusahaan ini. Meningkatnya pangsa pasar tersebut dipicu oleh pembelian 1.017 tower Persada Sokka Tama pada bulan Maret 2019 dan 2.100 tower Indosat oleh Mitratel pada bulan Oktober 2019 Valuasi Mitratel akan menarik, jika pemerintah sebagai pemegang saham kemudian menggabungkan kepemilikan menara milik TLKM baik dari Telkomsel menjadi satu ke Mitratel. Jika digabungkan menara Telkomsel dengan Mitratel, maka kepemilikan menara keduanya akan menjadi nomer satu dengan total 33.829 menara. Hanya saja, keputusan menggabungkan bisnis menara Telkomsel harus mendapatkan persetujuan dari Singapore Telecom Mobile Pte Ltd (SingTel). Hingga saat ini, 35% saham Telkomsel masih dikempit oleh Singapore Telecomunications Limited (SingTel).
Baca Juga: Analis: Rencana IPO Mitratel positif bagi Telkom SingTel tentu tidak akan semudah itu melepas kepemilikan bisnis menaranya. Tak bisa dipungkiri, kontribusi Telkomsel dalam bisnis TLKM terbilang jumbo. Sampai semester I-2020, Telkom mencatat pendapatan konsolidasi sebesar Rp 66,9 triliun. Angka ini menurun sebesar 3,58% dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp69,34 triliun. Seiring dengan turunnya pendapatan, laba bersih Telkom juga menurun tipis 0,80% dari Rp 11,07 triliun periode 30 Juni 2019 menjadi Rp 10,99 triliun di semester I-2020. Kontribusi terbesar pendapatan Telkom dari Telkomsel, yakni lebih dari 50%. Hanya ini nampaknya tak akan menyurutkan rencana Telkom. Vice President Corporate Communication TLKM Arif Prabowo mengatakan, TelkomGroup tengah melakukan penataan portfolio serta optimalisasi bisnis dan aset yang dimiliki.
Baca Juga: Menakar Valuasi Mitratel Jika IPO, Estimasi EV/EBITDA Lebih Rendah dari TOWR & TBIG "Untuk bisnis tower, saat ini perusahaan melakukan berbagai konsolidasi internal sebagai upaya value creation agar setiap entitas anak perusahaan dapat fokus dalam melakukan penguatan pada lini bisnisnya masing-masing," ujar Boby, panggilan karib Arif kepada Kontan (7/10). Jawaban lebih terang datang dari Kementerian BUMN. Kepada Kontan, Rabu (7/10), Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmojo mengatakan, proses negosiasi dengan SingTel tengah dilakukan. Pemerintah berencana membeli secara bertahap saham SingTel di Telkomsel. “Pembelian akan dilakukan secara bertahap. Hanya angkanya belum bisa kami disclose,” ujar Tiko, panggilan karib BUMN
Pemerintah, kata Tiko berharap, jika kelak Mitratel masuk bursa sudah harus siap dengan nilai dan terbaiknya. Setidaknya, “Dari jumlah menara maupun rasio-rasio keuangan mampu mendekati pemain lain menara di pasar, “ ujar Tiko.
Baca Juga: Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) bukukan kenaikan pendapatan 12,9% per Juli 2020 Tiko menampik kabar bahwa SinTel bersedia melepas saham Telkomsel dengan imbalan terjadi share swab kepemilikan saham di PT Telkom Internasional. SingTel bersedia melepas saham Telkomsel, sebagai gantinya adalah SingTel memiliki saham PT Telekomunikasi Internasional. “Tidak ada itu, hanya transaksi jual beli biasa,” ujar Tiko menegaskan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Titis Nurdiana