Agar produksi bahan bakar 100% sawit jalan terus, Pertamina minta ada DMO Sawit



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Pertamina akhirnya berhasil memproduksi bahan bakar 100% sawit (BBS) alias D100 dengan produksi 1.000 barel per hari.

Saat ini Pertamina dan pemerintah sedang merumuskan domestic market obligation (DMO) sawit dan price cap sawit agar pasokan terjamin dan harga produk ekonomis.

Baca Juga: Program B100 Jokowi berhasil diwujudkan, Pertamina kini punya bahan bakar 100% sawit


Nicke Widyawati Direktur Utama Pertamina mengungkapkan, untuk menyukseskan program bahan bakar 100% sawit atau D100 agar terus berkelanjutan maka diperlukan kepastian pasokan sawit sebagai bahan baku energi. "Harus ada DMO dan harga khusus (price cap) sawit," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (15/7).

Nicke memastikan bahwa Pertamina saat ini sudah siap untuk melakukan produksi BBS dehingga ketersedian pasokan menjadi penting. "Kalau kami tugasnya secara teknis dan kapasitas produksi sudah siap denhgan kilang-kilang kami yang dimodifikasi," imbuh dia.

Dia mengatakan, kebijakan soal DMO sawit bisa dibahas dengan lintas kementerian, sebab pada dasarnya sawit adalah komoditas yang dibawah Kementerian Pertanian dan industrinya di Kementerian Perindustrian.

"Nanti Menko Perekonomian yang mungkin bahas. Sekarang harus dikaitkan antara harga CPO dengan minyak, sebab CPO sekarang bisa jadi bahan bakar," ungkapnya.

Terkait keekonomian produk, Nicke mengatakan bahwa harga CPO saat ini lebih tinggi dari harga crude. "Disana memang nanti bicara soal price cap agar produk D100 yang dihasilkan menjadi ekonomis," urainya.

Baca Juga: Perintis Bahan Bakar 100% Sawit, Subagjo: Keinginan Jokowi sudah dipenuhi Pertamina

Keuntungan dari Indonesia memproduksi D100, kata Nicke adalah bisa mengurangi neraca defisit berjalan yang setiap tahun terus naik. "Kami akan produksi 20.000 bph untuk satu unitnya nanti 2023," ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Azis Husaini