Agar rating utang naik, RI dekati lembaga rating



JAKARTA. Reformasi struktural pemerintah termasuk langkah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi diharapkan bisa mendongkrak peringkat utang Indonesia. Bank Indonesia (BI) berharap kenaikan peringkat ini bisa mengatasi gejolak global yang lebih berat tahun depan.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pihaknya terus melakukan pendekatan ke berbagai lembaga rating. Sebab biasanya yang diperhatikan oleh lembaga rating adalah kebijakan fiskal yang berkelanjutan.

Reformasi subsidi yang telah dilakukan pemerintah akan ditangkap baik oleh lembaga rating. Apalagi pemerintah baru memberikan perhatian yang lebih pada pembangunan infrastruktur dan peningkatan iklim investasi. Ruang belanja infrastruktur tahun depan akan lebih besar dengan adanya realokasi anggaran.


Keluarnya Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/20/PBI/2014 tentang Penerapan Prinsip Kehati-Hatian dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Korporasi Non Bank untuk mengatur besarnya utang swasta diharapkan juga akan menimbulkan efek positif.

Kebijakan stabilitas ekonomi yang telah dilakukan oleh BI untuk menekan defisit transaksi berjalan ke level yang lebih sehat pun diharapkan sebagai arah kebijakan yang benar. "Harapannya  tentu saja itu akan memperbaiki outlook dari rating kita. Ini suatu proses yang terus kita yakinkan ke lembaga rating untuk perbaikan hal-hal itu," ujar Perry akhir pekan lalu.

Menurut Perry, selama ini ada empat hal yang dilihat lembaga rating yaitu beban subsidi energi pemerintah yang besar, iklim investasi untuk pembangunan infrastruktur, utang luar negeri (ULN) swasta, dan kedalaman pasar keuangan. Empat faktor tersebut yang selama ini dilihat oleh lembaga rating masih butuh perbaikan, meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif stabil dan tinggi.

Sekadar gambaran. dari beberapa lembaga pemeringkat, hanya lembaga pemeringkat utang Standard & Poor's (S&P) yang belum memberikan Indonesia peringkat layak investasi (investment grade). Sementara lembaga lainnya seperti Fitch Ratings, Moody"s hinggaJapan Rating Agency telah menempatkan obligasi pemerintah Indonesia di level investment grade. S&P menetapkan peringkat utang Indonesia tetap pada level BB+ dengan outlook stabil.

Tidak salah BI berharap akan ada kenaikan peringkat utang pada tahun depan. Pasalnya, tahun depan Indonesia membutuhkan aliran modal masuk alias inflow yang besar untuk mengantisipasi dampak kemungkinan kenaikan suku bunga Amerika.

Perspektif investor sangat diharapkan akan lebih positif terhadap Indonesia. Tidak hanya untuk inflow, namun juga untuk penanaman modal asing (PMA). Saat ini, diakui Perry, angka credit default swap (CDS) Indonesia sudah turun. "Pengakuan dari investor sudah ada dan (kalau ada) perbaikan rating diharapkan lebih positif bagi investor. Ini kan proses," katanya.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa