KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga uang kripto Bitcoin pada tahun 2021 pernah mencapai titik tertinggi dalam sejarahnya. Dengan harga tinggi, pemilik Bitcoin bisa menikmati keuntungan besar. Lalu bagaimana cara agar investor bisa memilih uang kripto yang bisa memberi keuntungan besar seperti Bitcoin? Harga Bitcoin memecah rekor di level US$ 67.566 per coin pada 8 November 2021. Padahal, beberapa bulan sebelumnya, harga Bitcoin pernah rontok hingga ke level US$ 29.807 pada 20 Juli 2021. Bisa dibayangkan, hanya dalam waktu sekitar 5 bulan, investor Bitcoin bisa mendapatkan keuntungan yang besar.
Salah satu kunci sukses investasi uang kripto adalah membelinya saat peluncuran perdana atau ICO.
Initial Coin Offering (ICO) adalah sebuah agenda yang sangat sering terjadi di industri aset kripto. Berdasarkan
Coinmarketcap, saat tulisan ini dibuat saja setidaknya sudah terdapat tujuh aset kripto yang tengah menjalani proses ICO tersebut. Beberapa di antaranya adalah Fantomlive (FTL), sebuah proyek first web 3.0 yang di dalamnya terdapat
livestream berbasis
metaverse. Lalu, ada juga
AnnihilationCE (ANCE), sebuah token yang digunakan dalam jagat permainan
Annihilation Mobile Game untuk transaksi pada permainan tersebut, membayar biaya pendaftaran turnamen, hingga imbalan bagi pemainnya. Berikutnya, ada My Crypto City (MYCTY) sebuah permainan luar angkasa yang dibangun pada jaringan Solana. CEO Triv Gabriel Rey menjelaskan, mencari peluang lewat hajatan ICO merupakan bukan hal yang mudah. Pasalnya, ICO terjadi setiap saat yang artinya akan selalu ada koin baru di pasar kripto. Oleh karena itu, yang paling terpenting dalam memilih koin ICO jangan sebatas ikut
hype saja, namun harus dilakukan secara benar dengan melakukan penilaian terhadap koin tersebut melalui beberapa metric.
Baca Juga: Mau Ikut ICO Aset Kripto? Simak Tips Penting Ini Terlebih Dahulu Salah satu tips dari Gabriel, ia lebih memilih koin yang hendak melakukan
Initial Exchange Offering (IEO) ketimbang ICO. Menurutnya, dengan
listing pada exchange, para trader bisa langsung melakukan aksi jual ketika proses IEO sudah selesai.
“Karena tidak sedikit juga, koin yang telah melakukan ICO, namun tak kunjung IEO. Ini bisa merugikan investor karena tidak bisa melakukan aksi jual. Apalagi jika ternyata setelah ICO, pengembangnya kabur,” kata Gabriel kepada Kontan.co.id, Jumat (14/). Selain itu, ia menyarankan, investor untuk melihat jumlah sirkulasi token yang hendak ICO maupun IEO. Sebaiknya, cari aset yang sirkulasinya lebih banyak dipegang atau diberikan kepada investor ritel. Baginya, jika investor institusi atau
venture capital yang pegang porsi secara besar, ada kemungkinan untuk lakukan aksi dump lebih besar.
Baca Juga: Kian Populer, Penjualan NFT Nyaris Capai US$ 25 Miliar pada Tahun Lalu Lagipula, ia menilai pergerakan harga aset kripto yang banyak dipegang investor ritel jauh lebih fluktuatif daripada yang mayoritas dipegang investor besar.
Editor: Adi Wikanto