JAKARTA. Tren teknologi informasi (TI) di bisnis asuransi tidak akan serta merta menggusur jalur distribusi keagenan yang telah berkontribusi hingga 60% terhadap premi industri asuransi jiwa. Kanal keagenan justru diyakini masih akan bertahan hingga 20 tahun ke depan. Hal ini dikarenakan keputusan masyarakat untuk membeli produk asuransi jiwa masih business to business (B2B). Bahkan, jalur distribusi melalui bank mitra alias bancassurance sekalipun masih menempatkan tenaga pemasar. Selain itu, karakteristik produk asuransi jiwa itu sendiri yang jangka panjang. Memang, tren TI di bisnis asuransi terus berkembang. Di industri asuransi jiwa, misalnya, seluruh pelaku usaha sudah memanfaatkan peran TI ini. Pemanfaatannya mulai dari membangun data warehouse untuk business inteligence, penerapan sistem pengambilan keputusan, hingga mengembangkan e-commerce.
Agen asuransi jiwa masih bertahan dalam 20 tahun
JAKARTA. Tren teknologi informasi (TI) di bisnis asuransi tidak akan serta merta menggusur jalur distribusi keagenan yang telah berkontribusi hingga 60% terhadap premi industri asuransi jiwa. Kanal keagenan justru diyakini masih akan bertahan hingga 20 tahun ke depan. Hal ini dikarenakan keputusan masyarakat untuk membeli produk asuransi jiwa masih business to business (B2B). Bahkan, jalur distribusi melalui bank mitra alias bancassurance sekalipun masih menempatkan tenaga pemasar. Selain itu, karakteristik produk asuransi jiwa itu sendiri yang jangka panjang. Memang, tren TI di bisnis asuransi terus berkembang. Di industri asuransi jiwa, misalnya, seluruh pelaku usaha sudah memanfaatkan peran TI ini. Pemanfaatannya mulai dari membangun data warehouse untuk business inteligence, penerapan sistem pengambilan keputusan, hingga mengembangkan e-commerce.