KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Phillip Asset Management menjadikan 2019 sebagai tahun agresif untuk mendorong kinerja. Phillip, tahun ini perusahaan tersebut bisa membukukan dana kelolaan alias
asset under management hingga Rp 1 triliun di akhir tahun. Direktur Utama Phillip Asset Management Pradono Joko T Himawan mengungkapkan bahwa tahun ini pihaknya akan agresif mengeluarkan produk baru. Diperkirakan sebanyak lima produk bisa meluncur sepanjang 2019. "Tahun ini kami memang banyak rencana, kami sudah ada beberapa pipeline dan produk baru. Mudah-mudahan cukup agresif, dan
asset under management (AUM) 2019 kami bisa antara Rp 500 miliar hingga Rp 1 triliun untuk target awalnya," kata Joko, Jumat (12/4).
Produk perdana 2019 yang diluncurkan Jumat (12/4), yakni reksadana
exchange traded fund (ETF) mengacu Morgan Stanley Capital International (MSCI) Indonesia Index. Produk yang terdaftar dengan kode XPMI ini memiliki nama lengkap Reksa Dana Indeks ETF Phillip MSCI Indonesia Equity Index. XPMI memiliki nilai aktiva bersih (NAB) awal sebesar Rp 1.000 per unit penyertaan dengan minimum pembelian sebanyak 1 unit kreasi atau 100.000 unit penyertaan di pasar primer. Sedangkan di pasar sekunder dapat dibeli dengan minimum 1 lot (100 unit penyertaan). Adapun jumlah unit penyertaan awal XPMI sebanyak 10,2 juta unit, dengan jumlah maksimal mencapai 10 miliar unit penyertaan, "Untuk pencatatan awal, AUM-nya Rp 10,2 miliar. Harapannya, mudah-mudahan bisa Rp 200 miliar-Rp 300 miliar," jelasnya. Selain itu, Joko mengungkapkan sudah ada investor yang tertarik pada produk reksadana pasar uang. Sehingga, rencananya dalam waktu sekitar sebulan ke depan, Phillip Asset Management juga berencana merilis produk ini. "Mungkin dalam waktu dekat di semester I-2019 akan keluar, sekarang hampir 90%. Untuk awal, mungkin target (AUM) Rp 100 miliar-Rp 200 miliar, mungkin arahnya ke situ," ujarnya. Joko mengungkapkan, untuk produk reksadana pasar uang diyakini bakal memiliki
high return. Investor yang mendominasi produk tersebut cenderung berasal dari institusi, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk investor
retail masuk. "Kami lihat,
retail maupun institusi banyak tertarik di situ, dan reksadana pasar uang ini kan untuk jangka pendek, jadi kalau ada dana nganggur, investor bisa masuk ke situ," tuturnya. Dengan potensi
return yang klaim lebih tinggi, Joko memperkirakan potensi AUM dari penerbitan reksadana pasar uang berkisar Rp 100 miliar hingga Rp 200 miliar. " Sementara itu, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna Setia mengatakan, XPMI menjadi ETF ketiga yang tercatat tahun ini, sekaligus jadi yang ke-27 di di BEI. "XPMI merupakan ETF pertama yang diterbitkan Phillip dan kami harapkan akan misa menerbitkan ETF lainnya, dengan tema yang disesuaikan dengan kebutuhan investor," kata Nyoman.
Menurutnya, industri reksadana ETF akan mendapat respons positif dari investor, untuk kemudian hasilnya juga bisa dinikmati masyarakat. Menanggapi hal tersebut, Joko mengungkapkan di tahun ini Phillip berencana untuk mengeluarkan ETF lainnya. "Untuk detailnya masih kami godok, harapannya (unit penyertaannya) bisa lebih besar dari ETF pertama. Untuk potensi AUM untuk ETF kedua,
range-nya juga sama (ETF pertama)," tandasnya. Di samping produk-produk tersebut, Joko mengungkapkan masih ada 2-3 produk yang masih dalam tahap penggodokan dan ditargetkan bisa diluncurkan tahun ini. Phillip Asset Management masih enggan menyebut produk-produk yang akan rilis lainnya. Sepanjang kuartal I-2019, Joko mengklaim capaian AUM hanya naik tipis dan masih di bawah Rp 500 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati