Agresif Kembangkan EBT, TBS Energi (TOBA) Buka Opsi Akuisisi Perusahaan dan PLTS



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) terus memacu bisnis di sektor energi baru terbarukan (EBT) untuk mengejar target komposisi pendapatan 50%  dari energi bersih pada 5-6 tahun ke depan. 

Wakil Direktur Utama PT TBS Energi Utama Tbk Pandu Patria Sjahrir menyampaikan saat ini pengembangan pembangkit energi terbarukan difokuskan pada pencarian proyek. Saat ini sudah ada tiga sampai empat proyek yang sedang dibidik, namun Pandu tidak bisa merinci proyeknya. 

“Kita fokusnya pada proyek baru nanti kami akan umumkan. Kita harus ngembangin paling tidak nambahin semua yang 200-300 MW. Nanti ke depan ya semuanya akan non-coal,” ujarnya saat ditemui di Hotel Fairmont selepas acara Saratoga Investment Summit, Kamis (26/1). 


Seperti diketahui saat ini TOBA sedang mengembangkan proyek mini hydro (PLTMh) berkapasitas 2x3 MW yang berlokasi di Sungai Way Besar, Kecamatan Sumber Jaya, Provinsi Lampung. PT Adimitra Energi Hidro yaitu entitas asosiasi dengan kepemilikan tidak langsung sebesar 49% (data laporan keuangan interim TOBA per 30 September 2022), telah menandatangani Power Purchase Agreement (PPA) dengan PT PLN pad 2021. 

Baca Juga: Termasuk Pandu Sjahrir, Lima Direksi Borong Saham TBS Energi (TOBA) Lewat MESOP

Melansir hasil paparan publik Desember 2022, perkembangan proyek PLTMh sudah mencapai 25%. 

Berdasarkan kesepakatan dalam PPA dengan PLN, target Commercial Operation Date (COD) diperkirakan akan diperoleh pada bulan Juni 2024. Adapun berdasarkan kurva S sebagaimana dipaparkan sebelumnya, kami masih sesuai jalur untuk dapat memenuhi target tersebut.

“Selain mini hydro kami akan tambah lagi, rencananya Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS),” ungkapnya. 

Pandu mengakui untuk memperlebar bisnis EBT-nya ini tidak bisa hanya dilakukan jika membangun pembangkit saja. Maka itu, TOBA berencana akan mengakuisisi perusahaan pengembang energi bersih ataupun proyek pembangkitnya. 

Nah, demi mendukung targetnya ini, Pandu menyatakan, pihaknya akan mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) dominan untuk bisnis non batubara. 

“Tahun ini capex 80%-90% untuk non-batubara. Kalaupun ada untuk bisnis batubara hanya untuk maintenance capex saja,” terangnya. 

Melansir catatan sebelumnya, TOBA mengalokasikan capex US$ 50 juta - US$ 60 juta untuk proyek EBT dan kendaraan listrik di 2023.

Lewat agenda bisnis ke EBT yang akan semakin agresif ke depannya, Pandu melihat dalam 5 tahun sampai 6 tahun ke depan komposisi pendapatan TOBA akan diisi 50% dari EBT dan akan terus ditambah. 

Perlu Kebijakan yang Mendukung 

Pandu juga menyoroti faktor kebijakan yang memayungi hukum pengembangan energi terbarukan di Tanah Air. Dia menilai keberhasilan pemanfaatan energi terbarukan dapat tercermin dari minat investasi. 

“Orang harus bisa berinvestasi, paling penting penambahan investor. Jadi kalau melihat KPI dari penambahan inevstasi di sektor ini tentu harus banyak dan masif,” ujarnya. 

Baca Juga: TBS Energi Utama (TOBA) Bidik Produksi Batubara 3,5 Juta Ton Tahun 2023

Jadi menurutnya kebijakan ataupun Undang-Undang yang sedang digodok oleh Pemerintah harus bisa menarik investasi yang masif. 

Perihal pandangannya mengenai harga jual listrik EBT yang saat ini masih menuai pro-kontra, Pandu bilang, harga jual listrik akan sensitif karena Indonesia merupakan negara berkembang. 

“Tapi di akhir semua tahu hitung-hitungan berapa EOR, returnnya. Jadi harus atraktif bisa berinvestasi di sektor itu,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi