KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah sempat melemah tersengat wabah corona (Covid-19), harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kembali bergerak lincah. Harga saham BBCA di Bursa Efek Indonesia pada Jumat (10/7) akhir pekan ini ditutup menguat 1,64% menjadi Rp 31.000 per saham.
Baca Juga: Harga saham Bank BCA (BBCA) sudah melonjak 30% dalam tujuh pekan terakhir Bahkan harga saham BBCA sudah menanjak 30,12% dibandingkan posisi tujuh pekan lalu (20 Mei 2020) yang berada di level Rp 23.825 per saham. Di periode yang sama (tujuh pekan), nilai kapitalisasi pasar
(market cap) BBCA sudah bertambah Rp 176,9 triliun menjadi Rp 764,31 triliun, per Jumat (10/7). Pertumbuhan harga saham dan kapitalisasi pasar BBCA tak lepas dari kehadiran investor asing yang begitu masif. Dalam tiga bulan terakhir, pemodal asing agresif masuk BBCA. Mengacu data RTI, di periode tersebut, asing mencatatkan pembelian bersih atau
net buy BBCA senilai Rp 869,3 miliar.
Baca Juga: Dalam tujuh minggu, market cap Bank BCA (BBCA) sudah menanjak Rp 176,9 triliun Jumlah
net buy BBCA tersebut adalah nilai pembelian asing tertinggi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bahkan saham BBCA menduduki posisi puncak
net buy asing dalam sebulan terakhir, seminggu terakhir dan penutupan transaksi harian per Jumat (10/7) lalu. Kenaikan harga saham BBCA juga turut mengerek harta kekayaan sang pemilik. Dalam tujuh pekan terakhir,
Bloomberg mencatat, nilai kekayaan pemilik Grup Djarum sudah bertambah US$ 7,4 miliar atau Rp 107,30 triliun (kurs Rp 14.500 per dollar AS) menjadi US$ 28,8 miliar.
Baca Juga: Siap-siap meraup cuan dividen, cek 4 emiten yang jadwalkan cum dividen pekan depan Berdasarkan data
Bloomberg Billionaires Index, per Jumat (10/7), nilai kekayaan Robert Budi Hartono mencapai US$ 14,9 miliar, sementara Michael Bambang Hartono mencatatkan kekayaan US$ 13,9 miliar.
Alhasil, gabungan harta kekayaan dua bersaudara pemilik Grup Djarum, Budi Hartono dan Michael Hartono, itu mencapai US$ 28,8 miliar. Tujuh pekan lalu atau per 24 Mei 2020, harta pemilik Grup Djarum masih di posisi US$ 21,4 miliar. Jumlah tersebut sudah merosot US$ 11,83 miliar atau Rp 171,54 triliun sejak awal tahun atau
year-to-date (ytd).
Baca Juga: Anak milenial generasi keempat Nojorono di balik racikan Minak Djinggo Rempah Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sandy Baskoro