Agribisnis Naik Saat Otomotif Turun, Simak Rekomendasi Saham ASII dan AALI



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) mencatatkan penurunan pendapatan dan laba bersih di semester I 2024.

Segmen otomotif serta segmen alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi mencatatkan penurunan pendapatan di paruh pertama tahun 2024. Sementara, segmen jasa keuangan, agribisnis, serta infrastruktur dan logistik mencatatkan kenaikan pendapatan di semester pertama 2024.

Melansir laporan keuangan, ASII mencatatkan laba bersih sebesar Rp 15,85 triliun di semester I 2024. Keuntungan Grup Astra turun 9,12% secara tahunan alias year on year (YoY) dari Rp 17,44 triliun.


Penurunan laba bersih ini bermula dari penurunan pendapatan 1,49% YoY menjadi Rp 159,96 triliun di semester I 2024 dari Rp 162,39 triliun di periode sama tahun lalu.

Baca Juga: Semester I, Pendapatan dan Laba Bersih Astra International (ASII) Kompak Turun

Secara rinci, pendapatan ASII mayoritas disumbang oleh segmen otomotif sebesar Rp 65 triliun. Lalu, segmen alat berat dan pertambangan Rp 64,51 triliun, segmen jasa keuangan Rp 15,91 triliun, serta segmen agribisnis Rp 10,31 triliun.

Kemudian, segmen infrastruktur Rp 4,05 triliun, teknologi informasi Rp 1,28 triliun, dan segmen properti Rp 520 miliar. Pendapatan tersebut lalu dikurangi biaya eliminasi sebesar Rp 1,64 triliun.

Presiden Direktur ASII, Djony Bunarto Tjondro mengatakan, penjualan mobil dan sepeda motor masing-masing turun 17% dan 4%. “Ini merefleksikan pelemahan pasar nasional,” ujar dia dalam siaran pers, Selasa (30/7).

Kinerja bisnis pertambangan di semester I 2024 terdampak oleh pelemahan harga batu bara. Sementara, pendapatan yang lebih tinggi terlihat pada bisnis jasa keuangan, agribisnis, serta infrastruktur dan logistik.

“Kinerja grup yang turun di paruh pertama tahun 2024 ini merefleksikan penurunan kinerja dari bisnis alat berat dan pertambangan akibat harga batu bara yang lebih rendah,” paparnya.

Baca Juga: Kinerja Astra Belum Bisa Ngegas

Director Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada mengatakan, kontributor pendapatan dari segmen otomotif dan alat berat cenderung mengalami penurunan di semester pertama 2024 dibandingkan pada semester pertama 2023.

“Padahal, segmen ini merupakan kontributor terbesar pendapatan ASII,” kata Reza kepada Kontan.co.id, Selasa (30/7).

Reza melihat, penjualan otomotif dari Astra mengalami penurunan seiring banyaknya persaingan dengan merek lain. Persaingan tidak hanya berasal dari pabrik asal jepang yang non-Astra, tetapi juga dari pabrik dari negara lain, seperti Korea Selatan dan China, yang mampu merebut sebagian pangsa pasar bisnis otomotif nasional.

Di semester II, ASII diharapkan bisa memperhatikan kinerja segmen bisnis selain otomotif untuk mempertahankan dan memperbaiki kinerjanya.

“Diharapkan, kinerja ASII yang masih mendominasi pangsa pasar otomotif dan alat berat mampu membaik ke depannya seiring masih adanya konsumen loyal terhadap produk yang mereka jual,” papar Reza.

Baca Juga: Isuzu Dapatkan Respon Positif di GIIAS 2024

Anak usaha agribisnis ASII, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 10,31 triliun, naik 9,83% YoY dari Rp 9,39 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Laba bersih AALI tercatat sebesar Rp 501,04 miliar per akhir Juni 2024, meningkat 26,64% YoY dari Rp 367,57 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Vice President Investor Relation & Public Affairs AALI, Fenny Sofyan mengungkapkan bahwa faktor utama peningkatan laba bersih dan pendapatan Astra Agro adalah kenaikan harga rata-rata atau average selling price (ASP) CPO pada semester I tahun ini yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.

"Kenaikan ASP CPO pada tahun 2024 sebesar 7,9% dibandingkan tahun 2023. Kami juga mencatat peningkatan penjualan CPO sebesar 5,1% dibandingkan semester I 2023," kata Fenny kepada Kontan.co.id, Selasa (30/7).

Baca Juga: Astra Agro Lestari (AALI) Bukukan Kinerja Positif, Cek Rekomendasi Analis

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo melihat, kinerja AALI masih bisa tumbuh positif di semester II, walaupun akan sedikit melambat dari semester I.

“Ini karena permintaan akan CPO yang masih belum begitu besar, seperti dari India dan China yang masih rendah konsumsinya,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (30/7).

Reza merekomendasikan beli untuk ASII dengan target harga Rp 4.800 per saham. Sementara, Azis merekomendasikan netral untuk AALI dengan target harga Rp 6.100 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati