JAKARTA. Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan pemerintah tidak mungkin menetapkan defisit dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga sebesar 3%. Alasannya, bila defisit anggaran terlampau besar hal itu dapat berakibat tidak baik dalam kesehatan postur APBN. Makanya dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2011, pemerintah hanya menetapkan defisit anggaran sebesar 1,7% atau senilai Rp 115,7 triliun. Angka defisit itu berasal dari asumsi, pendapatan negara dan hibah yang direncanakan sebesar Rp 1.086,4 triliun serta belanja negara yang diusulkan Rp 1.202 triliun. "Pemerintah mendengarkan argumentasi tetapi kalau sekarang ini, kita punya defisit 1,7% memang pemerintah berkeyakinan itu untuk bisa 1,7%. Ini baik karena kita ingin menjaga agar APBN kita selalu kuat dan sehat secara berkesinambungan," ucap Agus di sela acara open house Hari Raya Lebaran, Jumat (10/9). Karena itulah, pemerintah tidak bisa menetapkan asumsi defisit terlampau besar. Selain besaran defisit, pemerintah mengklaim sangat memperhatikan mengenai keseimbangan primer APBN yakni kemampuan pemerintah membayar utang lebih besar dibandingkan nilai utang baru. "Kalau kita targetkan di akhir tahun 2010 ini, utang terhadap Gross Domestik Produc (GDP) lebih dari 27%, itu adalah bagian kita ingin menjaga anggaran sehat dan berkesinambungan. Jadi defisit jangan besar," ucapnya. Menurut Agus Marto, karena alasan itulah pemerintah amat memperhatikan masukan yang disampaikan kepada pemerintah kalau defisit anggaran bisa mencapai 3%. "Seandainya ada permintaan supaya defisit bisa dinaikkan di atas 1,7%, kita juga harus jaga jangan sampai keseimbangan primer negatif. Saya kok lihat defisit di atas 2%, keseimbangan primer bisa negatif," katanya. Terkait pernyataan Agus, sepertinya pemerintah menolak usul Komite Ekonomi Nasional yang menyampaikan kalau defisit anggaran hingga 3% tidak masalah. Sekalipun defisit anggaran itu sebaiknya digunakan untuk pembangunan infrastruktur.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Agus Marto : defisit mentok 2%
JAKARTA. Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan pemerintah tidak mungkin menetapkan defisit dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga sebesar 3%. Alasannya, bila defisit anggaran terlampau besar hal itu dapat berakibat tidak baik dalam kesehatan postur APBN. Makanya dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2011, pemerintah hanya menetapkan defisit anggaran sebesar 1,7% atau senilai Rp 115,7 triliun. Angka defisit itu berasal dari asumsi, pendapatan negara dan hibah yang direncanakan sebesar Rp 1.086,4 triliun serta belanja negara yang diusulkan Rp 1.202 triliun. "Pemerintah mendengarkan argumentasi tetapi kalau sekarang ini, kita punya defisit 1,7% memang pemerintah berkeyakinan itu untuk bisa 1,7%. Ini baik karena kita ingin menjaga agar APBN kita selalu kuat dan sehat secara berkesinambungan," ucap Agus di sela acara open house Hari Raya Lebaran, Jumat (10/9). Karena itulah, pemerintah tidak bisa menetapkan asumsi defisit terlampau besar. Selain besaran defisit, pemerintah mengklaim sangat memperhatikan mengenai keseimbangan primer APBN yakni kemampuan pemerintah membayar utang lebih besar dibandingkan nilai utang baru. "Kalau kita targetkan di akhir tahun 2010 ini, utang terhadap Gross Domestik Produc (GDP) lebih dari 27%, itu adalah bagian kita ingin menjaga anggaran sehat dan berkesinambungan. Jadi defisit jangan besar," ucapnya. Menurut Agus Marto, karena alasan itulah pemerintah amat memperhatikan masukan yang disampaikan kepada pemerintah kalau defisit anggaran bisa mencapai 3%. "Seandainya ada permintaan supaya defisit bisa dinaikkan di atas 1,7%, kita juga harus jaga jangan sampai keseimbangan primer negatif. Saya kok lihat defisit di atas 2%, keseimbangan primer bisa negatif," katanya. Terkait pernyataan Agus, sepertinya pemerintah menolak usul Komite Ekonomi Nasional yang menyampaikan kalau defisit anggaran hingga 3% tidak masalah. Sekalipun defisit anggaran itu sebaiknya digunakan untuk pembangunan infrastruktur.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News