JAKARTA. Gejolak ekonomi dunia membuat pemerintah meningkatkan kewaspadaan. Saat ini, pemerintah bersiap mencari pinjaman siaga untuk berjaga-jaga jika krisis menerpa Indonesia. Meski begitu, pemerintah masih optimistis mampu menjaga kesehatan fiskal tanpa menarik pinjaman siaga.Agus Martowardojo, Menteri Keuangan mengungkapkan, pemerintah berhati-hati menghadapi ancaman krisis yang sewaktu-waktu bisa datang ke Indonesia. Menurutnya, salah satu yang perlu diwaspadai saat ini adalah, harga minyak dunia yang berfluktuasi. Pasalnya, harga minyak dunia yang tinggi bisa menekan APBN dari sisi belanja subsidi. Tetapi, saat ini harga minyak dunia mulai melandai, sehingga tekanan pada anggaran juga turun. "Kalau rata-rata harga ICP setahun sampai US$ 115 per barel atau lebih tinggi dari itu, kita yakin masih bisa mengendalikan fiskal yang sehat, baik fiskal pemerintah pusat maupun konsolidasi," terang Agus Senin (28/5).Makanya, ia menekankan, pinjaman siaga hanya digunakan untuk berjaga-jaga atau berhati-hati. Agus bilang, tahun 2009 lalu, pemerintah juga menyiapkan pinjaman siaga meski tidak ada yang ditarik. Catatan saja, pemerintah tahun ini berencana mencari pinjaman siaga sebesar US$ 5,5 miliar. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto mengungkapkan, pemerintah telah mendapatkan komitmen pinjaman siaga dari Bank Dunia sebesar US$ 2 miliar.Di luar itu, pemerintah bernegosiasi dengan beberapa kreditur antara lain Asian Development Bank (ADB), Japan Bank for International Cooperation (JBIC), dan pemerintah Australia. "Saat ini masih dalam proses negosiasi," ujar Rahmat baru-baru ini.Rahmat berharap, pinjaman siaga dari Bank Dunia bisa efektif tersedia pada akhir semester I tahun ini. Sedangkan sisanya, dari tiga kreditur lainnya diharapkan komitmennya akan efektif pada semester II tahun ini.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Agus Marto percaya diri tanpa pinjaman siaga
JAKARTA. Gejolak ekonomi dunia membuat pemerintah meningkatkan kewaspadaan. Saat ini, pemerintah bersiap mencari pinjaman siaga untuk berjaga-jaga jika krisis menerpa Indonesia. Meski begitu, pemerintah masih optimistis mampu menjaga kesehatan fiskal tanpa menarik pinjaman siaga.Agus Martowardojo, Menteri Keuangan mengungkapkan, pemerintah berhati-hati menghadapi ancaman krisis yang sewaktu-waktu bisa datang ke Indonesia. Menurutnya, salah satu yang perlu diwaspadai saat ini adalah, harga minyak dunia yang berfluktuasi. Pasalnya, harga minyak dunia yang tinggi bisa menekan APBN dari sisi belanja subsidi. Tetapi, saat ini harga minyak dunia mulai melandai, sehingga tekanan pada anggaran juga turun. "Kalau rata-rata harga ICP setahun sampai US$ 115 per barel atau lebih tinggi dari itu, kita yakin masih bisa mengendalikan fiskal yang sehat, baik fiskal pemerintah pusat maupun konsolidasi," terang Agus Senin (28/5).Makanya, ia menekankan, pinjaman siaga hanya digunakan untuk berjaga-jaga atau berhati-hati. Agus bilang, tahun 2009 lalu, pemerintah juga menyiapkan pinjaman siaga meski tidak ada yang ditarik. Catatan saja, pemerintah tahun ini berencana mencari pinjaman siaga sebesar US$ 5,5 miliar. Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto mengungkapkan, pemerintah telah mendapatkan komitmen pinjaman siaga dari Bank Dunia sebesar US$ 2 miliar.Di luar itu, pemerintah bernegosiasi dengan beberapa kreditur antara lain Asian Development Bank (ADB), Japan Bank for International Cooperation (JBIC), dan pemerintah Australia. "Saat ini masih dalam proses negosiasi," ujar Rahmat baru-baru ini.Rahmat berharap, pinjaman siaga dari Bank Dunia bisa efektif tersedia pada akhir semester I tahun ini. Sedangkan sisanya, dari tiga kreditur lainnya diharapkan komitmennya akan efektif pada semester II tahun ini.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News