KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pakar Epidemiologi Universitas Indonesia Iwan Ariawan mengingatkan bahwa kampanye langsung saat pelaksanaan pilkada 2020 berpotensi meningkatkan risiko penyebaran Covid-19. Melihat dari aturan bahwa kampanye langsung diperbolehkan dengan jumlah 100 orang berkumpul, kemungkinan adanya paling tidak satu orang yang sudah terinfeksi Covid-19 adalah 99% (prevalensi Covid-19 di populasi 5%), dan jika diperhatikan dari kecepatan penularan Covid-19 (beta) sebesar 0,2 kasus terinfeksi per hari. Maka melihat perhitungan tersebut, jika ada 100 orang berkumpul dan ada 10 orang sudah terinfeksi (prevalensi 10%) tanpa protokol kesehatan yang benar akan menularkan ke 2 orang baru.
"Jadi kalau ada 10 orang kumpul seharian maka akan ada 2 orang tertular. Masalahnya di kampanye offline itu sulit pastikan jumlah orang pertama dan sulit juga pastikan protokol kesehatan berjalan dengan baik," tutur Iwan dalam Diskusi Virtual Minggu (20/9).
Baca Juga: Pemerintah siapkan aturan baru pilkada serentak di tengah kenaikan kasus Covid-19 Berdasarkan hal tersebut jika diambil perhitungan skenario tengah, maka diasumsikan jika terdapat 1 juta titik kumpul kampanye dengan masa 100 orang atau lebih, dimana terdapat satu orang dipastikan positif dalam satu kerumunan. Dimungkinkan ada potensi 2 kasus dari tiap perkumpulan kampanye langsung. Maka diperkirakan bisa terdapat 2 juta orang terinfeksi Covid-19. "Ini skenario tengah-tengah, kalau kampanye ada 1 juta titik kumpul dengan masa 100 atau lebih. Kalau ini dilakukan, satu ini pasti ada satu positif. Ini akan potensi jumlah kasus, 2.084.560, tapi urusannya bukan itu saja, mereka balik ke rumah, itu akan meningkatkan penularan di rumah tangga. Kalau kampanye offline maka akan ada potensi 5 juta orang terinfeksi, ini baru dia dan keluarga belum dia menularkan ke lingkungan," jelasnya. Iwan menerangkan maka dapat disimpulkan pergerakan penduduk yang umumnya diikuti dengan kerumunan orang berhubungan dengan peningkatan kasus Covid-19. Semakin banyak penduduk bergerak dan orang berkumpul disebut Iwan semakin banyak kasus Covid-19 kemungkinan terjadi. Adapun perilaku pencegahan 3M atau menggunakan masker, mencuci tangan dan menjaga jarak serta TLI (tes, lacak dan isolasi) yang seharusnya dapat menekan pertambahan kasus Covid-19 belum terlihat efeknya secara bermakna di Indonesia. Cakupan pelaksanaan 3M yang benar dan TLI masih rendah sehingga efeknya belum bermakna untuk mengendalikan epidemi Covid-19. "3M dan TLI bisa cegah harusnya. Di negara lain bisa berhasil. Kenapa kita tidak? karena cakupan pelaksanaan 3M dan TLI-nya masih rendah, jadi efeknya belum bermakna. Saya lihat harus ada lembaga yang mantau agar 3M dan TLI berjalan. PSBB oke, tapi apakah dia lakukan PR-nya tadi (3M dan TLI)," ujarnya.
Baca Juga: Ketua KPU: Mudah-mudahan pandemi Covid-19 melandai Desember nanti Ia juga menekankan Pilkada dengan kampanye langsung berpotensi menambah jumlah kasus Covid-19, yang tentunya akan meningkatkan puncak kasus dan memperpanjang epidemi Covid-19. "Saya sarankan kampanye offline ditiadakan ya. Serta mengatur waktu saat pencoblosan sehingga tidak terjadi banyak orang berkumpul nantinya saat Pilkada," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi