Ahli: Mencampur vaksin Covid-19 bisa memberikan perlindungan yang baik



KONTAN.CO.ID - LONDON. Hasil sebuah penelitian di Inggris menemukan, mencampur dan mencocokkan (mix and match) vaksin Covid-19 dengan menggunakan berbagai merek vaksin untuk dosis pertama dan kedua bisa memberikan perlindungan yang baik terhadap virus.

Melansir BBC, uji coba Com-Cov melihat kemanjuran dari dua dosis Pfizer, dua dari AstraZeneca, atau salah satunya diikuti oleh yang lain. Hasilnya, semua kombinasi bekerja dengan baik, memperkuat sistem kekebalan tubuh.

"Pengetahuan ini dapat menawarkan fleksibilitas untuk peluncuran vaksin," kata para ahli.


Hasil uji coba juga mengisyaratkan bahwa orang yang telah menerima dua dosis vaksin AstraZeneca dapat memiliki respons kekebalan yang lebih kuat jika mereka diberi suntikan yang berbeda sebagai booster jika direkomendasikan di musim gugur.

Wakil kepala petugas medis Inggris, Prof Jonathan Van-Tam, mengatakan tidak ada alasan untuk mengubah jadwal vaksin dosis sama yang sukses saat ini di Inggris, mengingat stok vaksin cukup dan bisa menyelamatkan nyawa.

Baca Juga: WHO: Virus corona akan mengambil nyawa orang yang rentan

Akan tetapi, dia mengatakan hal itu mungkin sesuatu untuk dilihat di masa depan. "Mencampur dosis vaksin dapat memberi kami fleksibilitas yang lebih besar untuk program booster, sementara juga mendukung negara-negara yang harus melanjutkan peluncuran vaksin mereka, dan yang mungkin mengalami kesulitan pasokan," jelasnya seperti yang dikutip BBC.

Beberapa negara sudah menggunakan dosis campuran. Spanyol dan Jerman menawarkan vaksin mRNA Pfizer atau Moderna sebagai dosis kedua kepada orang yang lebih muda yang telah menerima dosis pertama vaksin AstraZeneca. Langkah ini dilakukan menyusul kekhawatiran tentang pembekuan darah yang jarang tetapi serius.

Baca Juga: Epidemiolog: Selama uji klinik Ivermectin tak boleh diberikan kepada masyarakat

Dua dosis itu penting untuk memberikan perlindungan maksimal dan mengajari tubuh dalam membuat antibodi dan sel T untuk memblokir dan membunuh Covid-19.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie