KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketelatenan adalah kunci keberhasilan. Itu juga tampaknya kunci cara kerja dan kesuksesan Pedis Care. Praktik mandiri perawatan luka pertama di Malang, Jawa Timur ini telah menangani berbagai kasus luka hingga yang sulit. Pasien Pedis Care terutama adalah pasien diabetes yang bahkan telah divonis amputasi. Ahmad Hasyim Wibisono, CEO Pedis Care mengatakan bahwa Pedis Care memiliki sudut pandang berbeda dengan rumahsakit dan dokter bedah. Hasyim mengatakan bahwa pasien diabetes dengan luka seringkali langsung harus diamputasi ketika sudah di rumahsakit. "Kalau kami kan kami coba bersihkan dulu. Kami lihat ada yang masih bisa ditumbuhkan enggak," kata Hasyim, Rabu (4/12). Pria berusia 33 tahun ini mengatakan, selama masih ada jaringan sehat di bawah luka dan belum sampai tulang, maka jaringan tersebut masih bisa ditumbuhkan. Pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ini mengatakan bahwa ada tiga tahap penyembuhan luka ala Pedis Care, yakni penyembuhan infeksi, pembersihan luka, dan penumbuhan jaringan baru atau regenerasi.
Dengan tiga tahap tersebut, Pedis Care berupaya menyembuhkan sebanyak mungkin berbagai luka, termasuk luka akibat diabetes. Berkantor di Jalan Mayjend Panjaitan No 68, Penanggungan, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur, separuh operasional penyebuhan Pedis Care justru tidak di lokasi tersebut.
Baca Juga: Sepanjang 2019, topik-topik kesehatan ini yang paling banyak dicari di Google Para perawat Pedis Care datang ke rumah pasien untuk perawatan dua kali sepekan. Masa perawatan bervariasi, mulai dari dua pekan hingga empat pekan. "Dalam kasus sulit bahkan ada yang lima bulan," kata Hasyim. Lamanya masa perawatan juga tergantung pada kondisi luka pasien. Semakin parah luka maka penyembuhan akan semakin perlu waktu. Selain itu regenerasi juga akan tergantung pada usia. Semakin tua maka regenerasi jaringan baru akan semakin lama. "Yang pertama kami usahakan adalah kontrol gula darah di bawah 200. Kedua suplemen protein ekstra. Kami berikan kapsul albumin, biar proteinnya tinggi. Baru nanti (luka) bisa sembuh," ujar Hasyim. Hasyim mengatakan, salah satu tantangan mengatur pola makan adalah mitos yang beredar di Jawa. "Jangan makan ayam nanti apa, jangan makan telur nanti apa. Akhirnya makannya cuma sayur bayem sama kerupuk doang," kata dia. Pola makan tersebut yang perlu diubah dalam proses penyembuhan luka. Pasien yang sering makan berlemak juga tidak serta merta berhenti mengonsumsi makanan tersebut. Tapi, perubahan dilakukan dengan bertahap. Secara global, kontrol gula wajib bagi pasien. Jadi mulai dari diet, aktivitas fisik, dan pengobatan gula kalau perlu, tetap harus dijalankan. Untuk kontrol pasien, Pedis Care pun memiliki afiliasi dengan dokter yang menangani pasien tersebut. "Jadi kami selalu laporkan perkembangannya. Banyak pasien saya yang juga kiriman dari dokter-dokter," imbuh Hasyim. Di akhir perawatan, Pedis Care menyediakan 15 menit untuk edukasi. Kadang edukasi ini justru lebih ke motivasi biar pasien tidak putus asa. Hasyim mengatakan bahwa banyak pasien diabetes yang depresi karena keberadaan luka tersebut. Apalagi pasien-pasien yang masih aktif berkegiatan. Jadi selain perawatan luka, Pedis Care pun memberikan konseling diabetes, termasuk bagaimana mengubah pola makan dan olahraga yang disarankan.
Baca Juga: Ini bahaya terlalu sering minum teh dengan boba Dalam sekali kunjungan, pasien membayar antara Rp 300.000 hingga Rp 400.000 untuk obat dan jasa. Bahkan, banyak pasien yang berobat gratis karena adanya program amal dan subsidi silang. Hasyim mengatakan, pihaknya memiliki kerja sama dengan yayasan amal seperti Rumah Zakat, Nurul Hayat. Yayasan tersebut memberikan bantuan sampai pasien sembuh. Biaya pasien ini juga didapat dari seminar amal. Ada porsi hasil seminar yang memang khusus dialokasikan untuk ke pasien. Sementara lewat subsidi silang, bantuan datang dari pasien kaya yang turut membantu biaya pengobatan pasien lain. Selama ini, Hasyim baru melayani pasien di Malang. Kalaupun ada pasien yang berasal dari luar kota, dia akan membantu mencari perawat di kota tersebut untuk perawatan pasien.
Wound innovation and service center Selain menyembuhkan luka, Pedis Care yang memiliki total pegawai dan tim manajemen sekitar 50 orang ini pun memiliki aktivitas lain berupa diklat perawat. Hasyim mengatakan, diklat ini dihadiri perawat-perawat yang berasal dari daerah-daerah. Sekali diklat, Pedis Care bisa membuka dua kelas dengan kapasitas masing-masing 25 orang. Lewat seminar ini, perawat akan mendapatkan sertifikat perawatan luka dari Kementerian Kesehatan. Bisnis lain Pedis Care adalah sandal yang diperuntukkan bagi penderita diabetes. Hasyim mengatakan, sandal Pedis Care telah mengantongi hak kekayaan intelektual. Ada empat keunggulan sandal Pedis Care Sandal yang dibanderol dengan harga Rp 160.000 per pasang ini.
Pertama, sandal ini memiliki desain khusus pada bantalannya sehingga bisa mengurangi tekanan pada telapak kaki dan menyesuaikan dengan lekuk telapak kaki. Dengan desain ini, kaki tidak mudah lecet dan terjadi luka.
Kedua, sandal ini memiliki
strap yang fleksibel dan bisa menyesuaikan dengan bentuk kaki.
Ketiga, waterproof, dan
keempat memiliki interior
extra soft. Sandal-sandal Pedis Care memiliki bahan suede dan kulit sintetis. Pedis Care perlu waktu tiga bulan untuk pengembangan awal. Setelah peluncuran pada 2016, ada perbaikan desain setiap enam bulan. Pedis Care pun melacak pengembangan sandal dari konsumen setiap bulan untuk perbaikan kualitas. "Masukan yang pertama dari respons pasien, kami tanya apa yang kurang dari sandal tersebut," kata Hasyim.
Baca Juga: Libur akhir tahun, ini pentingnya menu sehat dan olahraga Untuk memproduksi sandal, Pedis Care bekerja sama dengan dua produsen sandal. Tak cuma dijual di lokal Kota Malang, sandal Pedis Care ini pun dijual secara
online di Shopee, Bukalapak, dan Tokopedia. Dengan berbagai aktivitas Pedis Care saat ini, Hasyim bercita-cita menjadikan Pedis Care sebagai
wound innovation and service center, layanan dan inovasi penyembuhan luka. Pemenang SATU Indonesia Awards 2019 Astra International bidang kesehatan ini berniat membangun Pedis Care yang lebih representatif dengan fasilitas yang lebih menunjang. "Kami ingin menggandeng teman-teman perawat," kata Hasyim. Sebagai
wound innovation and service center, Pedis Care berniat mengembangkan layanan ke berbagai bidang seperti ibu dan anak, bidang komplementer seperti bekam dan akupuntur, dan bidang-bidang lain. Untuk itu, bapak dua anak ini berniat memindahkan Pedis Care ke lokasi yang lebih besar sehingga cukup untuk mengakomodasi seluruh kegiatan Pedis Care mulai dari perawatan, diklat, dan manajemen.
Untuk pengembangan di luar Kota Malang, Hasyim masih harus pikir-pikir. Karena bisnis Pedis Care adalah bisnis jasa layanan kesehatan yang perlu dijaga reputasi dan kualitasnya. Kalaupun dia melebarkan sayap, cara yang akan dipilihnya adalah lewat
franchise alias waralaba. "Syaratnya dia harus tersertifikasi perawatan luka," kata Hasyim. Saat ini, ada satu waralaba di Kota Batu. Pedis Care akan menyediakan alat dan bahan. Terwaralaba hanya perlu menyediakan tempat. Tapi, akan tetap ada konsultasi dengan Pedis Care pusat untuk menjaga kualitas layanan ke pasien.
Baca Juga: Ternyata, delapan makanan ini baik bagi penderita diabetes Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati