JAKARTA. Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok mengakui adanya pembagian uang yang disebut sebagai "bom" kepada para Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat (PD) dalam kongres PD di Bandung tahun 2010 lalu. Uang tersebut dibagikan agar peserta kongres memilih Anas Urbaingrum sebagai Ketua Umum PD.Hal tersebut terungkap saat persidangan kasus dugaan penerimaan gratifikasi terkait proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang dengan terdakwa Anas Urbaningrum. Awalnya, Mubarok ditanyai soal Berita Acara (BAP) miliknya yang dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).Dalam BAP-nya, Mubarok mengaku bahwa pemilihan Ketua Umum PD dalam kongres melalui proses dua putaran. Sebelum putaran kedua yang dimulai pada malam hari, Mubarok menyebutkan adanya waktu istirahat selama sekitar satu hingga dua jam."Dalam BAP saudara disebutkan ada break dan ada istilah bom, yaitu "saya berada di luar arena kongres dan hanya hilir mudik, pernah terjadi pemberian uang atau pemberian bom agar memilih kandidat tertentu", apakah betul?" tanya Jaksa Yudi kepada Mubarok.Mubarok kemudian membenarkan BAP-nya tersebut. Jaksa Yudi kemudian membacakan kembali sisi BAP milik Mobarok. Di dalamnya berisi bahwa "bom" yang dimaksud yakni pemberian uang dalam jumlah besar terutama kepada ketua DPC yang sebelumnya memilih Andi Mallarangeng. Adapun "bom" diberikan dengan tujuan untuk mencegah adanya money politic sehingga tidak ada pengaruh memilih kandidat tertentu.Mubarok kembali membenarkan BAPnya tersebut. Kendati demikian, Mubarok mengaku tak tahu-menahu soal jumlah dan kepada siapa saja "bom" tersebut diberikan. Ia mengaku malah baru mengetahui soal "bom" itu tiga bulan setelah diselenggarakannya kongres, dari salah seorang panitia kongres. Adapun kata Mubarok, "bom" itu hanya diberikan kepada daerah yang rawan."Maksudnya, orang yang pilihannya belum konkrit, yaitu yang belum jelas memilih Anas atau Marzuki Alie. Kalau sudah kuat tidak akan dibom karena tidak mempan," tambah Mubarok.Pemilihan Ketua Umum PD memang berlangsung dalam dua putaran. Putaran pertama, diikuti tiga calon Ketua Umum yaitu Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum, dan Marzuki Alie. Saat putaran pertama, Andi kalah suara dan gugur. Oleh karena itu dalam putaran kedua, Anas dan Marzuki Alie maju dan bersaing mendapatkan posisi sebagai Ketua Umum PD. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ahmad Mubarok akui ada pembagian uang saat kongres
JAKARTA. Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok mengakui adanya pembagian uang yang disebut sebagai "bom" kepada para Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat (PD) dalam kongres PD di Bandung tahun 2010 lalu. Uang tersebut dibagikan agar peserta kongres memilih Anas Urbaingrum sebagai Ketua Umum PD.Hal tersebut terungkap saat persidangan kasus dugaan penerimaan gratifikasi terkait proyek Pusat Pendidikan, Pelatihan, dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang dengan terdakwa Anas Urbaningrum. Awalnya, Mubarok ditanyai soal Berita Acara (BAP) miliknya yang dibacakan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).Dalam BAP-nya, Mubarok mengaku bahwa pemilihan Ketua Umum PD dalam kongres melalui proses dua putaran. Sebelum putaran kedua yang dimulai pada malam hari, Mubarok menyebutkan adanya waktu istirahat selama sekitar satu hingga dua jam."Dalam BAP saudara disebutkan ada break dan ada istilah bom, yaitu "saya berada di luar arena kongres dan hanya hilir mudik, pernah terjadi pemberian uang atau pemberian bom agar memilih kandidat tertentu", apakah betul?" tanya Jaksa Yudi kepada Mubarok.Mubarok kemudian membenarkan BAP-nya tersebut. Jaksa Yudi kemudian membacakan kembali sisi BAP milik Mobarok. Di dalamnya berisi bahwa "bom" yang dimaksud yakni pemberian uang dalam jumlah besar terutama kepada ketua DPC yang sebelumnya memilih Andi Mallarangeng. Adapun "bom" diberikan dengan tujuan untuk mencegah adanya money politic sehingga tidak ada pengaruh memilih kandidat tertentu.Mubarok kembali membenarkan BAPnya tersebut. Kendati demikian, Mubarok mengaku tak tahu-menahu soal jumlah dan kepada siapa saja "bom" tersebut diberikan. Ia mengaku malah baru mengetahui soal "bom" itu tiga bulan setelah diselenggarakannya kongres, dari salah seorang panitia kongres. Adapun kata Mubarok, "bom" itu hanya diberikan kepada daerah yang rawan."Maksudnya, orang yang pilihannya belum konkrit, yaitu yang belum jelas memilih Anas atau Marzuki Alie. Kalau sudah kuat tidak akan dibom karena tidak mempan," tambah Mubarok.Pemilihan Ketua Umum PD memang berlangsung dalam dua putaran. Putaran pertama, diikuti tiga calon Ketua Umum yaitu Andi Mallarangeng, Anas Urbaningrum, dan Marzuki Alie. Saat putaran pertama, Andi kalah suara dan gugur. Oleh karena itu dalam putaran kedua, Anas dan Marzuki Alie maju dan bersaing mendapatkan posisi sebagai Ketua Umum PD. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News