KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyadari adanya anggapan di publik bahwa ia tengah dijajakan sebagai calon wakil presiden oleh partainya. "AHY selalu dijadikan sebagai seolah-olah objek atau komiditas dalam politik, dipasang-pasangkan, seperti dijual sana-sini," kata AHY dalam silaturahmi di Jakarta, Sabtu (21/7). AHY membantah anggapan yang berkembang di publik itu. Ia menegaskan bahwa dirinya bukan objek, melainkan juga subjek yang turut aktif melakukan komunikasi politik dengan sejumlah tokoh. Namun, memang tidak semua komunikasi yang dilakukan itu diketahui oleh media.
"Banyak sekali yang di belakang layar, karena bagi saya yang paling penting membangun chemistry. Tidak selalu menggunakan corong," kata putra dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono ini. AHY mengatakan, komunikasi politik dengan para elite parpol memang penting dilakukan jelang Pilpres 2019. Sebab, setinggi-tingginya elektabilitas seorang politisi, peluangnya maju dalam Pilpres sangat tergantung dengan fakta apakah yang bersangkutan memiliki tiket untuk nyapres. Pasangan capres dan cawapres harus diusung oleh parpol atau gabungan parpol yang mengantongi 20 persen kursi DPR. Saat ini, tak ada satupun parpol yang bisa mengusung paslon sendirian. "Demokrat sendiri hanya mengantongi 10 persen suara. Itulah kenapa elite politik, tokoh politik, membangun komunikasi. Kita lakukan komunikasi politik dengan semua elemen," kata dia. AHY mengatakan, dengan realitas tersebut, ada tiga opsi yang bisa diambil Demokrat dalam menghadapi pilpres 2019. Ketiga opsi itu yakni bergabung dengan kubu Presiden Joko Widodo sebagai petahana, kubu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai oposisi atau membuat poros baru. Namun menurut dia, masyarakat sendiri kebanyakan menginginkan ada tokoh baru yang muncul di Pilpres 2019. Menurut Agus, hal ini terlihat dari berbagai survei yang menunjukkan sekitar 40 persen belum menentukan pilihan. "Rasa-rasanya rakyat kita yang besar itu punya hak-hak untuk menantikan hadirnya calon alternatif," kata AHY. Partai Demokrat sebelumnya sempat menggadang-gadang AHY untuk berpasangan dengan Jusuf Kalla sebagai calon presidennya. Namun upaya ini kandas setelah JK menyatakan tidak bersedia. JK lebih memilih membantu Jokowi di Pilpres 2019.
Setelah itu, Demokrat pun berupaya untuk memasangkan AHY dengan tokoh nasional lainnya. Ketua DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menegaskan, duet JK-AHY memang belum menjadi keputusan resmi partai, melainkan hanya aspirasi yang datang dari para kader Partai Demokrat. Ada juga opsi tokoh lain yang disuarakan para kader untuk mendampingi AHY. "Ada Anies-AHY, Gatot-AHY, Chairul Tanjung-AHY, Prabowo-AHY, bahkan Jokowi-AHY juga ada. Tetapi memang yang terbesar JK-AHY," kata Ferdinand saat dihubungi Kompas.com beberapa waktu lalu. (Ihsanuddin) Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "
AHY: AHY Dipasang-pasangkan, seperti Dijual Sana-Sini..." Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie