Air laut menjadi air minum, kenapa tidak?



SURABAYA. Tak perlu dana miliaran rupiah, untuk bisa mengubah air laut menjadi siap konsumsi seperti negara Singapura. Dengan inovasi dan kreativitas, lima mahasiswa Institut Teknologi 10 November (ITS) dan PPNS (Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya)- M Athoillah, Atik Rohmana, M Rachman Firdaus, Febri Heru, Reza Amiru dan Irsalina membuat D-Werc (Destilation Water Treatment Concept).

Cara kerja alat ini cukup sederhana. Ada tiga proses pengolahan yakni filtrasi, proses pertukaran ion serta destilasi. Proses filtrasi diperlukan untuk membersihkan air dari kotoran dan kandungan berbahaya. Ada lima material yang digunakan di tahapan ini yakni kain katun putih, pasir silika, karbion aktif, pyropilit dan resin amberlitte.

Kelima material ini, disusun berundang rangkap tiga untuk mendapatkan hasil maksimal. Selain proses destilasi, air yang melewati lima material ini juga melalukan proses pertukaran ion yang akan menetralkan ion-ion dari garam laut. Tidak semua material bisa dipakai tetapi harus diaktivasi dulu.


Pyropilit misalnya, harus dioven dalam suhu 500 derajat celcius selama lima jam. Setelah itu direndam HCL dan disaring menggunakan aquades. “Batuan pyropilit ini hanya ada di kawasan pegunungan Turen, Malang,” kata M Athoillah, mahasiswa Perkapalan ITS saat ditemui Rabu (27/11/2013).

Sementara, aktivasi karbon aktiv harus di oven di suhu 150 derajat celcius selama 30 menit untuk membuka pori-porinya. Dan silika harus dicuci dengan aquades. "Kalau tanpa melakukan aktivasi hasil akhir airnya memang jernih, tetapi kandungan berbahayanya tidak hilang. Jadi percuma saja," terang Firdaus.

Hasil filtrasi dan pertukaran ion ini, sudah mampu menghasilkan air layak konsumsi. Ini berdasarkan hasil uji laboratorium yang dilakukan di lakukan di Laboratorium Kualitas Lingkungan, Jurusan Teknik Lingkungan ITS.

Tingkat kesadahan total jauh di bawah ambang batas 500 mg/liter. Air bersifat sadah bila dikonsumsi manusia akan menyebabkan gangguan kesehatan serta bisa menimbulkan karatan/korosi pada besi dan membuat sabun kurang membusa sehingga meningkatkan konsumsi sabun dan menimbulkan endapan atau kerak kerak di wadah pengolahan. "Ternyata setelah proses ini kesadahan air hanya 92,86. Padahal sebelum proses kesadahannya mencapai 5580," terang Atho.

Selain filtrasi alat ini juga bisa mendestilasi sisa air menjadi siap minum serta garam. Dalam satu kali proses D-Werc mampu menghasilkan air bersih 225 liter dan garam 774 gram. Hasil proses ini masuk dalam bak penampungan dan disimpan dalam tandon.

Alat yang dibuat di bengkel Yopi kaca dan alumunium selama lima bulan ini, sudah diaplikasikan di Desa Klampis Barat Bangkalan. Di sana, mereka yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Maritime Challenge ITS ini membuat dua alat lengkap dengan rumah beratap polikarbonat sehingga memperlancar proses destilasinya. Ini hasil kerjasama dengan PT Pembangkit Jawa Bali (PT PJB).

"Kalau sebelumnya mereka memasak air laut untuk minum, atau tandon air hujan. Sekarang mereka bisa mendapat air siap konsumsi dari alat ini," katanya. (Tribunnews)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri