SEPANG. Setelah sukses di Malaysia, Maskapai AirAsia Berhad dalam lima tahun ke depan akan memfokuskan diri di Thailand dan Indonesia. "Di samping menjadi maskapai yang paling dominan dalam hal pangsa pasar dan profitabilitas di Malaysia, kami juga mempertahankan kedisiplinan untuk tetap memaksimalkan pendapatan, modal, sumber daya manusia, serta meningkatkan jumlah penumpang, dan terus menekan biaya operasional," ujar Chief Executive Officer Grup AirAsia, Tony Fernandes, Senin (28/1) dalam surat elektroniknya. Setelah Malaysia menjadi sumber penghasilan terbesar, kata Tony, perhatian manajemen pun telah berpindah ke pangsa pasar utama lain yang berada di Thailand dan Indonesia. "Kami perkirakan terdapat entitas laba yang akan menyaingi Malaysia di masa yang datang. Kami juga telah memenuhi janji dengan memberikan perhatian utama kepada Thailand, dan kini Indonesia, karena kedua perusahaan afiliasi AirAsia di sana telah bergantung secara finansial pada neraca mereka sendiri," ujar Tony. Dalam tempo 10 tahun, Grup AirAsia telah banyak berkembang. Dari hanya menerbangkan 2 unit pesawat, kini AirAsia telah menjadi maskapai LCC terbesar di Asia dengan 118 pesawat. AirAsia juga merupakan salah satu maskapai dengan keuntungan terbesar di Asia. Malaysia telah menjadi tempat berdirinya fondasi awal, dan kini AirAsia juga telah mendirikan fondasinya di Thailand, Indonesia, Filipina dan Jepang. "Kami juga tengah fokus untuk mengembangkan AirAsia ke pasar yang lebih luas di Filipina dan Jepang. Terobosan yang baru berjalan ini masih berada pada tahap awal dan masih berada di posisi yang memiliki potensi pertumbuhan yang maksimal. Kami telah membentuk tim manajemen yang kuat, yang akan berbagi visi dan strategi guna mencapai eksistensi dominan seperti di Malaysia, Thailand, dan Indonesia," ujar Tony. Kurang Tiga Jam Dalam hal inovasi bisnis, AirAsia tidak ragu untuk menjelajahi kesempatan baru di berbagai negara yang belum tersentuh maskapai LCC sebelumnya. Berdasarkan peninjauan strategis yang telah dilakukan, pihak manajemen merasa bahwa Singapura lebih baik sebagai hub virtual karena sebagian besar rute yang dilayani dari hub yang telah terbentuk dalam jaringan AirAsia dan sudah ada kapasitas lebih dari Singapura. Rute yang melayani penerbangan kurang dari tiga jam memberikan pendapatan yang lebih baik karena mampu mencakup lebih banyak sektor untuk dilayani dan AirAsia tetap fokus dengan strategi tersebut. Itulah sebabnya baru-baru ini AirAsia menghentikan penerbangan panjang Kuala Lumpur-Kolombo. Rute yang berasal langsung dari Singapura menuju negara-negara berpopulasi tinggi seperti China dan India cenderung memakan waktu penerbagan lebih dari 5 jam, maka dari itu AirAsia memutuskan untuk tidak akan melanjutkannya lagi di masa mendatang. Di lain pihak, wilayah Asean dan negara-negara Asia seperti Vietnam, Kamboja, Laos, Brunei, Myanmar, dan Korea juga memberikan gambaran potensi yang lebih menarik. Manajemen pun akan lebih fokus pada jaringan luas Grup AirAsia yang sudah berjalan dan menawarkan alternatif domestik dan populasi yang lebih besar. AirAsia telah memesan 475 unit pesawat dan 114 di antaranya sudah beroperasi. Sebanyak 87 persen dari pesawat masih tercatat dalam neraca dan merupakan rasio kepemilikan tertinggi dibandingkan maskapai manapun di Asia. Tony pun memaparkan, wilayah ASEAN termasuk China dan India memiliki kepadatan populasi lebih dari 3,2 miliar, delapan kali lebih besar dibandingkan dengan wilayah Eropa. AirAsia berada di tengah pasar yang sangat menarik untuk membangun merek sebab penetrasi untuk maskapai berbiaya hemat masih rendah. (Kompas.com)
AirAsia akan fokus di Thailand dan Indonesia
SEPANG. Setelah sukses di Malaysia, Maskapai AirAsia Berhad dalam lima tahun ke depan akan memfokuskan diri di Thailand dan Indonesia. "Di samping menjadi maskapai yang paling dominan dalam hal pangsa pasar dan profitabilitas di Malaysia, kami juga mempertahankan kedisiplinan untuk tetap memaksimalkan pendapatan, modal, sumber daya manusia, serta meningkatkan jumlah penumpang, dan terus menekan biaya operasional," ujar Chief Executive Officer Grup AirAsia, Tony Fernandes, Senin (28/1) dalam surat elektroniknya. Setelah Malaysia menjadi sumber penghasilan terbesar, kata Tony, perhatian manajemen pun telah berpindah ke pangsa pasar utama lain yang berada di Thailand dan Indonesia. "Kami perkirakan terdapat entitas laba yang akan menyaingi Malaysia di masa yang datang. Kami juga telah memenuhi janji dengan memberikan perhatian utama kepada Thailand, dan kini Indonesia, karena kedua perusahaan afiliasi AirAsia di sana telah bergantung secara finansial pada neraca mereka sendiri," ujar Tony. Dalam tempo 10 tahun, Grup AirAsia telah banyak berkembang. Dari hanya menerbangkan 2 unit pesawat, kini AirAsia telah menjadi maskapai LCC terbesar di Asia dengan 118 pesawat. AirAsia juga merupakan salah satu maskapai dengan keuntungan terbesar di Asia. Malaysia telah menjadi tempat berdirinya fondasi awal, dan kini AirAsia juga telah mendirikan fondasinya di Thailand, Indonesia, Filipina dan Jepang. "Kami juga tengah fokus untuk mengembangkan AirAsia ke pasar yang lebih luas di Filipina dan Jepang. Terobosan yang baru berjalan ini masih berada pada tahap awal dan masih berada di posisi yang memiliki potensi pertumbuhan yang maksimal. Kami telah membentuk tim manajemen yang kuat, yang akan berbagi visi dan strategi guna mencapai eksistensi dominan seperti di Malaysia, Thailand, dan Indonesia," ujar Tony. Kurang Tiga Jam Dalam hal inovasi bisnis, AirAsia tidak ragu untuk menjelajahi kesempatan baru di berbagai negara yang belum tersentuh maskapai LCC sebelumnya. Berdasarkan peninjauan strategis yang telah dilakukan, pihak manajemen merasa bahwa Singapura lebih baik sebagai hub virtual karena sebagian besar rute yang dilayani dari hub yang telah terbentuk dalam jaringan AirAsia dan sudah ada kapasitas lebih dari Singapura. Rute yang melayani penerbangan kurang dari tiga jam memberikan pendapatan yang lebih baik karena mampu mencakup lebih banyak sektor untuk dilayani dan AirAsia tetap fokus dengan strategi tersebut. Itulah sebabnya baru-baru ini AirAsia menghentikan penerbangan panjang Kuala Lumpur-Kolombo. Rute yang berasal langsung dari Singapura menuju negara-negara berpopulasi tinggi seperti China dan India cenderung memakan waktu penerbagan lebih dari 5 jam, maka dari itu AirAsia memutuskan untuk tidak akan melanjutkannya lagi di masa mendatang. Di lain pihak, wilayah Asean dan negara-negara Asia seperti Vietnam, Kamboja, Laos, Brunei, Myanmar, dan Korea juga memberikan gambaran potensi yang lebih menarik. Manajemen pun akan lebih fokus pada jaringan luas Grup AirAsia yang sudah berjalan dan menawarkan alternatif domestik dan populasi yang lebih besar. AirAsia telah memesan 475 unit pesawat dan 114 di antaranya sudah beroperasi. Sebanyak 87 persen dari pesawat masih tercatat dalam neraca dan merupakan rasio kepemilikan tertinggi dibandingkan maskapai manapun di Asia. Tony pun memaparkan, wilayah ASEAN termasuk China dan India memiliki kepadatan populasi lebih dari 3,2 miliar, delapan kali lebih besar dibandingkan dengan wilayah Eropa. AirAsia berada di tengah pasar yang sangat menarik untuk membangun merek sebab penetrasi untuk maskapai berbiaya hemat masih rendah. (Kompas.com)