AirAsia jual usaha penyewaan pesawat senilai US$ 1,18 miliar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. AirAsia Berhad menjual unit usaha bidang penyewaan pesawat terbang senilai total US$ 1,18 miliar. Keputusan tersebut menghasilkan dana tunai kurang lebih senilai US$ 902 juta serta menegaskan strategi divestasi aset non inti yang dilakukan AirAsia untuk fokus pada bisnis operasional maskapai utamanya.

Asia Aviation Capital Ltd, anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh AirAsia Berhad, telah menandatangani perjanjian untuk menjual unit operasi penyewaan pesawat terbang kepada entitas yang dikelola oleh BBAM Limited Partnership, salah satu perusahaan pengelola investasi pesawat jet komersial yang terbesar di dunia.

Total nilai penjualan tersebut sebesar US$ 1,18 miliar, dengan mempertimbangkan nilai perusahaan sebesar US$ 2,85 miliar.


Berdasarkan kesepakatan, FLY Leasing Limited (FLY), Incline B Aviation Limited Partnership (Incline), dan Nomura Babcock and Brown (NBB) akan mengakuisisi sebanyak 84 pesawat terbang dan 14 mesin. Sekitar 79 pesawat dan 14 mesin di antaranya akan disewakan kembali pada AirAsia dan afiliasinya. FLY dan Incline sepakat untuk mengakuisisi 48 pesawat yang akan dikirim ke AirAsia Berhad dan tengah mempertimbangkan untuk mengakuisisi 50 pesawat lainnya.

Selain itu, AirAsia Berhad juga akan menerima nilai investasi sebesar US$ 50 juta di FLY American Depositary Shares (ADS). Sehingga AirAsia Berhad diperkirakan memiliki sekitar 10,2% saham FLY.

AirAsia Berhad juga berkomitmen untuk berinvestasi di Incline Parallel Funds senilai US$ 50 juta, bersama-sama dengan Incline Aviation Master Fund dalam bidang investasi penerbangan global. Melalui langkah ini, AirAsia Berhad diperkirakan akan memperoleh keuntungan penjualan sekitar RM 967,1 juta.

CEO Grup AirAsia, Tony Fernandes mengatakan, penjualan unit usaha ini selaras dengan strategi perusahaan untuk mengurangi aset dan bisnis non inti. “Sebuah langkah yang telah berhasil kami lakukan dalam enam bulan terakhir, yang diawali dengan pusat pelatihan, unit pelayanan darat dan sekarang unit penyewaan pesawat kami, sehingga mengungkap nilai dari AirAsia yang sesungguhnya,” papar Tony dalam siaran pers, Kamis (1/3).

Dia menyatakan, mulanya tidak sedikit yang mempertanyakan keputusan perusahaan untuk membeli pesawat-pesawat tersebut. Kesepakatan ini menunjukkan bahwa upaya tersebut merupakan strategi yang tepat. Sebab, pihaknya memiliki aset investasi yang bernilai untuk dijual kembali sebagai imbalan atas uang dan hubungan ekuitas dalam dua perusahaan besar, “Sekaligus mengurangi risiko residual,” imbuhnya.

Strategi yang dimulai pada tahun 2004 tersebut dinilai telah membuahkan hasil yang baik. AirAsia sekarang telah mengurangi sebagian besar aset fisik non inti dan memulai strategi digital yang baru. “Yang akan membuat kelompok aset kami lainnya menjadi semakin bernilai,” lanjutnya.

Tony menambahkan, grup AirAsia dengan senang hati memulai kemitraan jangka panjang baru dengan Steve beserta timnya di BBAM dan FLY. "Dalam banyak hal, AirAsia memiliki DNA yang serupa dan hal tersebut membuat kemitraan ini semakin istimewa. Kami berharap kerja sama ini dapat berlangsung ke depannya dalam jangka panjang," imbuhnya.

CEO BBAM, Steve Zissis mengatakan, Tony dan timnya telah membangun bisnis yang luar biasa di AirAsia. "Kami merasa beruntung memiliki kesempatan untuk membangun kemitraan jangka panjang dengan perusahaan sekelas AirAsia," katanya.

Credit Suisse, BNP Paribas, dan RHB bertindak sebagai penasihat keuangan bersama, serta Milbank dan ZICO bertindak sebagai penasihat untuk AirAsia Berhad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini