KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga minyak dunia cukup mempengaruhi kinerja emiten-emiten maskapai penerbangan seperti PT Airasia Indonesia Tbk (
CMPP). Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, CMPP menderita rugi bersih pada kuartal I-2018 senilai Rp 218,66 miliar, atau lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan rugi periode yang sama tahun lalu Rp 111,97 miliar. Kerugian tersebut dikontribusi oleh pendapatan usaha yang turun 4,55% menjadi Rp 843,83 miliar dibanding periode sebelumnya Rp 884,05 miliar. Sementara itu, beban usaha bersih AirAsia naik 11,02% dari Rp 1,01 triliun menjadi Rp1,12 triliun. Akibatnya, rugi usaha CMPP membengkak 123,8% menjadi Rp 273,14 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, seluruh beban usaha mengalami kenaikan pada kuartal I/2018 seperti bahan bakar, sewa pesawat, dan beban penyusutan. Beberapa beban yang mengalami penurunan yaitu perawatan pesawat, pemasaran, dan beban operasi lain. CEO Grup AirAsia Indonesia Dendy Kurniawan mengakui bahwa kinerja perusahaanya pada kuartal I tahun ini kurang bagus karena kenaikan bahan bakar dan pelemahan rupiah. Mengenai kenaikan bahan bakar, Dendy berharap agar kenaikan bahan bakar ini tidak dibebankan kepada penumpang lewat kenaikan harga tiket pesawat. "Kami juga lagi berhitung soal pasokan minyak dan diharapkan tidak berdampak terhadap kenaikan harga tiket pesawat. Tapi jika nanti pada akhirnya kami terpaksa harus menaikkan harga tiket, akan diusahakan agar naiknya seminimal mungkin," jelasnya. Tapi Dendy optimistis bahwa kinerja CMPP akan membaik hingga akhir tahun ini. "Kemarin di bulan Juni adalah bulan Ramadan, di mana banyak penumpang yang merayakan libur Lebaran dan berpergian menggunakan pesawat kami. Maka kita berharap ini akan terus meningkat di kuartal II hingga akhir tahun nanti," jelasnya. Sementara itu, analis senior Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar mengatakan pengaruh kenaikan harga minyak terhadap kinerja CMPP sangat signifikan. "Di kuartal I-2018, komposisi beban minyak mencapai 32,35% atau tumbuh 19,71% secara tahunan. Saya kira, di tengah tren menguatnya harga minyak dunia, beban paling memberatkan itu tetap di biaya bahan bakar," kata William, Kamis (5/7). William kemudian mencoba membandingkan CMPP dengan Singapore Air (SA). Menurutnya, meskipun komposisi minyak tetap mendominasi, tapi SA mampu menahan laju beban minyak hanya sebesar 4,06%. "Selain itu, pendapatan mereka tumbuh 6,31% di kuartal I/2018," ungkapnya. William menambahkan bahwa ada beberapa sorotan yang mungkin menjadi masukan untuk meningkatkan kinerja. "Saya rasa efisiensi menjadi saran terbaik untuk dapat meningkatkan kinerja di sisa tahun ini setelah AirAsia mengalami stagnasi bahkan penurunan pendapatan di kuartal pertama," ungkapnya.
Soal efisiensi, hal pertama yang harus diefisiensi adalah bahan bakar. William mengatakan bahwa faktor beban sewa pesawat tumbuh secara signifikan atau 14,12% dan tidak dibarengi dengan pertumbuhan jumlah penumpang. "Ini yang otomatis membuat bahan bakar banyak terbuang, dan kurang tertutupnya BOP perusahaan. Jadi perusahaan harusnya menutup rute yang tidak menguntungkan dan fokus dengan rute yang menguntungkan dan memiliki pasar yang paling signifikan agar tidak perlu lagi membayar beban sewa pesawat yang tinggi, yang berakibat ke meningkatnya beban bahan bakar pesawat," tandasnya. William tidak memberikan rekomendasi atas saham CMPP. "Kami masih perlu melihat kinerja CMPP hingga di akhir tahun nanti melalui laporan penuh," tutupnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati