AISA investasi pabrik beras senilai US$180 juta



JAKARTA. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) terus memacu bisnis beras. Emiten barang konsumsi ini membidik penjualan Rp 18 triliun hingga Rp 19 triliun dari bisnis beras dalam tiga empat tahun mendatang. "Nantinya, sektor beras akan menjadi bisnis utama perusahaan ini," kata Sjambiri Lioe, Direktur Keuangan AISA, kepada KONTAN, Selasa (21/2).

Hal itu akan terwujud setelah proyek penambahan pabrik beras selesai. AISA akan membangun 18 pabrik beras selama tiga empat tahun mendatang. Setiap pabrik memproduksi 10.000 ton beras per bulan. Pembangunan satu pabrik ditaksir menelan dana US$ 9 juta-US$ 10 juta. Dus, AISA mengucurkan investasi total US$ 162 juta-US$ 180 juta.

Ekspansi tersebut akan dimulai tahun ini. AISA akan membangun dua unit pabrik beras di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Proyek itu berlanjut di 2013 dengan membangun empat pabrik beras. Proyek enam pabrik tadi mungkin masih mengandalkan dana hasil penawaran umum terbatas atau rights issue.


Pada November 2011, AISA menerbitkan 1,25 miliar saham di harga Rp 560 per saham. AISA mengantongi dana Rp 702,24 miliar dari aksi itu. "Kalau sudah punya enam pabrik, kami bisa juga menggunakan laba operasional untuk membiayai pembangunan pabrik beras lainnya selain dari rights issue dan pinjaman bank," ungkap Sjambiri.

AISA baru menggarap bisnis beras pada 2010. Kala itu, AISA mengakuisisi dua perusahaan, PT Indo Beras Unggul yang menjalankan bisnis perdagangan beras dan PT Jatisari Srirejeki yang berbisnis penggilingan beras. Artinya, selama 2011 AISA baru menjalankan bisnis penjualan (trading) beras, belum menjadi produsen. Kontribusi beras ternyata naik signifikan terhadap kinerja AISA.

Hingga akhir September 2011, kontribusi beras mencapai Rp 411,49 miliar, melonjak 6.634,7% dari periode sama 2010 senilai Rp 6,11 miliar. "Kalau sudah produksi sendiri tentu akan jauh lebih besar," jelas Sjambiri.

Rencana spin-off

AISA nantinya lebih banyak memasarkan beras hasil produksinya ke pasar dalam negeri. Maklum, beras menjadi kebutuhan pangan utama masyarakat Indonesia. Hal ini tecermin dari konsumsi beras nasional yang mencapai 130 kilogram (kg) hingga 140 kg per tahun per orang. Padahal, konsumsi beras di negara Asia lainnya hanya 65 kg-70 kg per tahun per orang.

Kondisi ini menarik minat AISA untuk mengubah lini bisnis utamanya dari makanan olahan (food manufacturing) menjadi beras. Keseriusan AISA akan diwujudkan lewat rencana spin-off bisnis beras. AISA akan membentuk perusahaan baru yang fokus menggarap beras.

Akhmad Nurcahyadi, analis BNI Securities menilai, keputusan AISA fokus ke bisnis beras terbilang wajar. Soalnya, bisnis baru ini tak jauh berbeda dengan ladang AISA selama ini di makanan olahan. "Karena itu, AISA sudah punya keahlian di bisnis beras," kata Akhmad.

Tapi AISA menghadapi tantangan besar ketika fokus ke bisnis beras. Sektor ini sangat strategis sehingga pemerintah sering turut campur tangan. "AISA mau masuk ke beras kategori apa, siapa pesaingnya, itu juga nantinya akan berhubungan dengan peraturan pemerintah tentang beras," jelas Akhmad.

Ekspansi ini pun berpotensi mengangkat harga saham AISA. Tapi dalam kaitan bisnis beras, Akhmad menilai saham AISA baru bisa divaluasi setelah sektor beras berkontribusi signifikan terhadap kinerja AISA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Djumyati P.