AISA mengerek ekspor dari bisnis makanan olahan



JAKARTA. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) berencana meningkatkan kontribusi penjualan ekspor. Emiten barang konsumsi itu mengincar penjualan ekspor senilai US$ 30 juta sepanjang tahun ini. Target itu mencerminkan pertumbuhan 134,32% dari penjualan ekspor di tahun lalu, yang senilai Rp 120 miliar, atau US$ 13,23 juta.

Sjambiri Lioe, Direktur Keuangan AISA, menuturkan, emiten tersebut akan mengandalkan bisnis makanan olahan (food manufacturing) untuk mencapai target penjualan ekspor. Untuk mencapai target itu, pengelola AISA memiliki sejumlah strategi. Misalnya, pengeksporan produk bihun ke kawasan Eropa dan Amerika. Permintaan dari dua kawasan tersebut dinilai cukup prospektif.

AISA juga akan membuka tujuan ekspor baru untuk produk biskuit. Tahun ini, China menjadi sasaran ekspor biskuit AISA, menyusul Bangladesh, Pakistan dan Australia.


Produk dan merek makanan kecil Taro yang baru diakuisisi AISA juga akan mulai diekspor ke negara-negara Asia. "Sebelumnya, Taro hanya untuk pasar lokal saja," ujar Sjambiri, Senin (21/5).

Penjualan ekspor tersebut diharapkan turut menopang kontribusi bisnis makanan olahan terhadap pendapatan konsolidasi AISA. Tahun ini, AISA berharap, penjualan makanan olahan bisa mencapai Rp 1,5 triliun, atau 45,5% dari target total penjualan yang senilai Rp 3,3 triliun.

Kontribusi bisnis makanan itu akan dipadankan dengan dua bisnis AISA lainnya, yaitu beras dan perkebunan sawit. Tahun ini, bisnis beras ditargetkan memberikan kontribusi penjualan senilai Rp 1,4 triliun, atau setara 42,4% dari target penjualan.

Target penjualan beras itu tumbuh 92,87% dari realisasi 2011 lalu. Untuk mencapainya, AISA terus gencar menambah pabrik beras. Tahun ini, AISA akan membangun dua unit pabrik beras di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sebelumnya, AISA sudah mengoperasikan dua pabrik beras yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat. Pabrik tersebut diakuisisi AISA dari PT Jatisari Sri Rejeki senilai Rp 370 miliar, tahun 2010.

Akuisisi ini masuk dalam agenda membangun 18 pabrik beras baru dalam tiga-empat tahun mendatang. Kapasitas produksi tiap pabrik direncanakan mencapai 10.000 ton per bulan.

Bisnis sawit ditargetkan memberi kontribusi penjualan bersih senilai Rp 400 miliar, meningkat 395,8% daripada realisasi kontribusi perkebunan sawit tahun lalu. "Kami terus mengembangkan sawit. Misalnya, dengan terus melakukan penambahan lahan baru," kata Sjambiri.

Mulai tahun ini, AISA mengucurkan investasi sekitar US$ 50 juta untuk menanam lahan seluas 10.000 hektare dengan sawit, di Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Sumatra Selatan. Setelah penambahan terlaksana, luas lahan tertanam sawit milik AISA menjadi 23.500 ha. Sementara luas lahan yang sudah menghasilkan di tahun ini akan bertambah menjadi sekitar 7.800 ha.

Pada perdagangan Senin (21/5), harga AISA ditutup menguat 3,51% menjadi Rp 590 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri