Akademi Militer Suriah Diserbu Pasukan Drone, 100 Orang Tewas



KONTAN.CO.ID - Sedikitnya 100 orang dilaporkan tewas dalam sebuah serangan drone yang menargetkan akademi militer di Suriah pada hari Kamis (5/10). Kementerian Pertahanan Suriah mengatakan drone bersenjata membombardir lokasi tersebut.

Dalam pernyataannya, pihak kementerian mengatakan bahwa kelompok teroris ada di balik serangan tersebut namun tidak secara spesifik menyebutkan organisasinya. Sampai saat ini pun belum ada kelompok yang mengklaim keterlibatannya dalam serangan tersebut.

"Warga sipil dan personel militer tewas dalam serangan terhadap akademi militer di provinsi Homs," kata kementerian, dikutip Reuters.


Saat ini Kementerian Pertahanan dan Luar Negeri Suriah berjanji akan merespons dengan kekuatan penuh. Langkah ini dimulai dengan melancarkan serangan bom besar-besaran di zona Idlib yang dikuasai oposisi.

Baca Juga: Perdagangan Sabu di Afghanistan Semakin Menjamur di Bawah Kekuasaan Taliban

Menteri Pertahanan Suriah menghadiri upacara wisuda di akademi militer tersebut. Beberapa menit setelah meninggalkan lokasi, serangan drone bersenjata terjadi.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia mengatakan lebih dari 100 orang tewas dan 125 lainnya luka-luka. Sejalan dengan itu, seorang pejabat di aliansi yang mendukung pemerintah Suriah mengatakan jumlah korban jiwa mencapai sekitar 100 orang.

Dalam laporan lain yang disampaikan oleh Kementerian Kesehatan, disebutkan bahwa 80 orang tewas dalam insiden tersebut, termasuk di dalamnya enam wanita dan enam anak-anak, dengan 240 lainnya mengalami luka-luka.

Baca Juga: Jet Tempur AS Tembak Jatuh Drone Turki di Suriah, Ini Penjelasan Pentagon

Ini menjadi salah satu serangan paling berdarah yang pernah terjadi terhadap fasilitas militer Suriah. Penggunaan drone untuk melakukan serangan terpusat seperti juga belum pernah terjadi selama konflik Suriah dimulai 12 tahun lalu.

Konflik Suriah dimulai dengan protes terhadap Presiden Bashar al-Assad pada tahun 2011, kemudian berkembang menjadi perang habis-habisan yang menyebabkan ratusan ribu orang tewas dan jutaan orang mengungsi.

Militer Suriah telah kehabisan sumber daya akibat konflik tersebut dan sangat bergantung pada dukungan militer dari Rusia. Di sisi lain, kelompok pemberontak juga terus mendapatkan dukungan senjata dari Iran, Irak, Lebanon, dan negara lainnya.