KONTAN.CO.ID - BEIJING. China berjanji akan melawan balik keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang akan mengenakan tarif tambahan sebesar 10% terhadap barang impor dari China senilai US$ 300 miliar. Mengutip
Reuters, Jumat (2/8) Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan China akan mengambil tindakan balasan yang diperlukan untuk melindungi hak-haknya dan dengan tegas menggambarkan langkah Trump sebagai tindakan tidak rasional dan tidak bertanggungjawab. "Posisi China sangat jelas bahwa jika AS ingin berbicara, maka kita akan berunding, jika mereka ingin bertarung, maka kita akan bertarung," kata Zhang kepada wartawan di New York.
Baca Juga: Trump ancam kenakan tarif baru mulai 1 September, perang dagang AS-China memanas Trump mengatakan China harus melakukan banyak hal untuk membalikkan keadaan dalam perundingan dagang dan mengulangi ancaman sebelumnya untuk secara substansial menaikkan tarif jika mereka gagal melakukan perundingan. "Kami tidak bisa hanya pergi dan membuat kesepakatan dengan China, Kami harus membuat kesepakatan yang lebih baik dengan China," jelas Trump kepada wartawan di Gedung Putih. Trump mengejutkan pasar keuangan pada Kamis lalu dengan menyatakan akan mengenakan tarif tambahan terhadap barang-barang China mulai 1 September yang menandai gencatan senjata dalam perang dagang antara kedua negara yang sudah berlangsung selama setahun dan memperlambat pertumbuhan ekonomi global. Sebelumnya, pada Jumat (2/8) Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying mengatakan China memegang teguh posisinya dalam perang dagang dengan AS.
Baca Juga: Trump ancam kenakan tarif baru ke China, peluang pemangkasan bunga The Fed terbuka "Kami tidak akan menerima tekanan maksimal, intimidasi atau pemerasan," kata Hua dalam jumpa pers di Beijing. "Pada masalah utama, prinsip kami tidak akan menyerah," katanya. Ia menambahkan, China berharap AS akan menyerah dan kembali ke negosiasi berdasarkan saling menghormati dan kesetaraan. Menurut analis, aksi balasan China dapat mencakup tarif, larangan ekspor tanah jarang yang digunakan dalam segala hal, mulai dari peralatan militer hingga elektronik, dan sanksi terhadap perusahaan AS di China. Trump juga mengancam akan menaikkan tarif lebih lanjut jika Presiden China Xi Jinping gagal bergerak lebih cepat untuk mencapai kesepakatan perdagangan. Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa dampak pengenaan tarif baru atas barang-barang China terhadap konsumen akan sangat minim, meskipun faktanya hampir seluruh barang yang masuk dalam daftar barang impor senilai US$ 300 miliar itu adalah barang-barang konsumsi seperti ponsel, laptop, mainan hingga alas kaki. "Presiden tidak puas dengan kemajuan dalam kesepakatan perdagangan," jelas Kudlow kepada
Fox Business Network. Sejauh ini, China masih menahan diri untuk membalas tarif kepada AS. Kini, China tengah menyusun daftar entitas perusahaan asing yang merugikan kepentingan China. Perusahaan jasa pengiriman FedEx sedang diselidiki oleh China.
"China akan membalas secara metodis, dan sengaja satu per satu," tulis ekonom ING Iris Pang dalam risetnya. "Kami percaya strategi China dalam eskalasi perang dagang ini adalah memperlambat laju negosiasi dan pembalasan dendam. Ini dapat memperpanjang proses pembalasan hingga AS menggelar pemilu presiden pada November 2020", kata Pang. Para ahli juga menilai, pengenaan tarif tambahan ini akan memaksa The Fed untuk kembali memangkas suku bunga acuannya demi melindungi ekonomi AS dari risiko kebijakan perdagangan. The Fed mendapat sinyal lain yang mungkin bisa menjadi alasan penurunan suku bunga kedua bulan depan yakni dari data pekerjaan Juli yang dirilis Jumat (2/8) yang menunjukkan perlambatan dalam perekrutan dan jam kerja yang lebih pendek untuk pekerja manufaktur.
Editor: Herlina Kartika Dewi