Akbar Tanjung: Klaim Aburizal tanpa dasar



JAKARTA. Dewan Pertimbangan Pusat Partai Golkar memberi waktu hingga Juli 2013 bagi Aburizal Bakrie untuk menaikkan elektabilitasnya sebagai kandidat presiden. Saat ini elektabilitas Aburizal masih tertinggal dari tokoh-tokoh lain dan masih di bawah elektabilitas Partai Golkar.

Ketua Dewan Pertimbangan Pusat Partai Golkar Akbar Tandjung mengatakan, Juli 2013 adalah momen tepat untuk mengkaji dan menganalisis lebih mendalam elektabilitas Aburizal. Saat itu, tepat satu tahun setelah Aburizal dideklarasikan sebagai calon presiden dari Partai Golkar. Hal itu disampaikan pula dalam surat Dewan Pertimbangan Pusat Partai Golkar kepada Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie beberapa hari lalu.

Bila tren elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar itu meningkat dan dukungan masyarakat meluas, kata Akbar, tidak ada keraguan lagi untuk pencalonan Aburizal.


Namun, bila sebaliknya, perlu dipikirkan opsi-opsi yang harus dilakukan. Namun, politisi senior itu mengelak menyebutkan opsi-opsi yang bisa diambil bila elektabilitas Aburizal stagnan atau menurun. ”Saya belum bisa bilang opsi lain itu, tetapi perlu dicari opsi-opsi terbaik,” ujar Akbar, Jumat (14/12/2012) malam.

Akbar menilai pernyataan Aburizal yang optimistis bisa mencapai elektabilitas 60 persen dan memenangi pemilu presiden dalam satu putaran adalah pernyataan tanpa dasar. Sebab, faktanya elektabilitas Aburizal masih di bawah tokoh-tokoh, seperti Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto, dan Jusuf Kalla. Dalam survei opinion leader Lembaga Survei Indonesia (LSI), nama Aburizal malah tidak masuk sama sekali.

”Saya tidak tahu apa dasar Saudara Aburizal sampai membuat pernyataan seperti itu. Dari mana bisa optimistis begitu tinggi, padahal fakta berdasarkan penelitian dan survei berbeda. Kalau ada dasarnya, kami menghormati. Sebab, semua ingin capres yang didukung bisa meraih kemenangan atau setidaknya ada peluang menang,” tutur Akbar.

Koordinator Bidang Pemuda DPP Partai Golkar Yorris Raweyai menilai surat Dewan Pertimbangan Pusat Partai Golkar sebagai hal wajar. Sebab, pengalaman kekalahan Partai Golkar dalam Pemilu Presiden 2004 dan 2009 harus menjadi pelajaran.

”Harapannya bisa menang. Harus ada jalan keluarnya. Kalau elektabilitasnya tidak cukup, koalisi dengan siapa atau bagaimana. Sekarang, elektabilitas ketua umum masih jauh dari elektabilitas. Kalau dipaksakan, sama dengan bunuh diri,” tutur pria yang juga menjabat Ketua Umum Angkatan Muda Partai Golkar ini.

Yorris menilai DPP harus menanggapi serius surat itu. Evaluasi harus dilakukan dalam rapat pimpinan nasional tahun 2013 secara terbuka dan adil. ”Jangan ada kesan pemaksaan kehendak dan hanya seremonial. Keputusan rapimnas bukan kitab suci, bisa berubah dengan sangat dinamis. Mekanisme internal rapimnas juga tidak perlu terlalu kaku diikuti. Partai Golkar harus terbuka pada daerah supaya semua merasa memiliki dan terlibat dalam sosialisasi pemenangan,” ujar Yorris.

Sebelumnya, Juru Bicara DPP Partai Golkar Tantowi Yahya mengatakan, setahun ini Aburizal menggiatkan program perkenalan yang bersentuhan dengan masyarakat. Hasilnya, tingkat keterpilihan figur ini meningkat tajam, yaitu 18 persen. ”Kami optimistis itu akan meningkat, bahkan bisa menyalip elektabilitas partai pada kuartal pertama 2013,” katanya. (INA) Kompas.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: