JAKARTA. Di penghujung tahun, harga-harga komoditas diperkirakan terus melorot. Begitu pula dengan harga nikel. Mengutip Bloomberg, Kamis (25/6) pukul 12.04 WIB, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,2% dibandingkan sehari sebelumnya menjadi US$ 12,790 per metrik ton. Sepekan, harga menanjak 0,55%. Hingga akhir tahun, Ibrahim, Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka memprediksi, harga nikel bisa tergerus hingga US$ 10.000. Sebab, ada ancaman kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang dapat menggerus harga nikel. Memang ada sentimen positif bagi harga nikel. China berencana memberikan stimulus guna menggenjot pertumbuhan ekonomi dengan merevisi batasan pinjaman bank komersial. Data manufaktur China, HSBC Flash Manufacturing PMI per Mei 2015 yang mencapai 49,6 ini melebihi ekspektasi para analis yang dipatok 49,4 serta lebih tinggi ketimbang pencapaian bulan sebelumnya di angka 49,2. "Tapi masih di bawah level 50, belum begitu bagus," ujarnya. Selain itu, jika Yunani berhasil mencapai kesepakatan dan terhindar dari gagal bayar utang, mata uang Euro berpeluang melemahkan dollar AS. Ibrahim mengingatkan, spekulasi kenaikan suku bunga AS lebih kuat mengancam laju harga nikel. “Akan ada tarik menarik antara manufaktur China, kasus Yunani dan spekulasi kenaikan suku bunga AS. Jika suku bunga AS terkerek, harga nikel akan turun,” tuturnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Akhir 2015, harga nikel bisa sentuh US$ 10.000
JAKARTA. Di penghujung tahun, harga-harga komoditas diperkirakan terus melorot. Begitu pula dengan harga nikel. Mengutip Bloomberg, Kamis (25/6) pukul 12.04 WIB, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,2% dibandingkan sehari sebelumnya menjadi US$ 12,790 per metrik ton. Sepekan, harga menanjak 0,55%. Hingga akhir tahun, Ibrahim, Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka memprediksi, harga nikel bisa tergerus hingga US$ 10.000. Sebab, ada ancaman kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang dapat menggerus harga nikel. Memang ada sentimen positif bagi harga nikel. China berencana memberikan stimulus guna menggenjot pertumbuhan ekonomi dengan merevisi batasan pinjaman bank komersial. Data manufaktur China, HSBC Flash Manufacturing PMI per Mei 2015 yang mencapai 49,6 ini melebihi ekspektasi para analis yang dipatok 49,4 serta lebih tinggi ketimbang pencapaian bulan sebelumnya di angka 49,2. "Tapi masih di bawah level 50, belum begitu bagus," ujarnya. Selain itu, jika Yunani berhasil mencapai kesepakatan dan terhindar dari gagal bayar utang, mata uang Euro berpeluang melemahkan dollar AS. Ibrahim mengingatkan, spekulasi kenaikan suku bunga AS lebih kuat mengancam laju harga nikel. “Akan ada tarik menarik antara manufaktur China, kasus Yunani dan spekulasi kenaikan suku bunga AS. Jika suku bunga AS terkerek, harga nikel akan turun,” tuturnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News