Akhir Maret 2018, Sawit Sumbermas produksi 94.274 ton CPO



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga kuartal I 2018, Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) mencatat produksi minyak kelapa sawit (CPO) sebesar 94.274 ton. Angka ini meningkat hingga 23% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Chief Financial Officer SSMS, Nicholas Justin Whittle mengatakan, produksi ini setara dengan peningkatan produksi Tandan Buah Segar (TBS). Hingga kuartal I 2018, perusahaan ini berhasil mencatat produksi TBS sebesar 348.149 ton CPO atau meningkat sebesar 20% secarar yoy.

Tak hanya berhasil meningkatkan produksi CPO, SSMS juga mencatat produksi minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil/PKO) sebesar 29% atau menjadi 2.270 ton. Sedangkan untuk produksi palm kernel oil pada kuartal I tahun ini sebesar 17.739 ton.


Berkaitan dengan pendapatan, tahun SSMS pun akan fokus meningkatkan produksi kebun sawitnya. Nicholas bilang, pihaknya tidak ingin memusingkan soal harga CPO. SSMS menargetkan akan meningkatkan produksi TBS dan CPO sekitar 15%. "Kami fokus pada peningkatkan volume produksi, penjualan akan meningkat sesuai dengan volume produksi," ujar Nicholas, Jumat (26/4).

Nicholas mengatakan, tahun ini pihaknya belum bisa memprediksi berapa besar kontribusi penjualan domestik SSMS dan ekspor. Hanya saja, dia bilang tahun lalu porsi ekspor SSMS lebih besar dibandingkan penjualan domestik.

Berdasarkan laporan keberlanjutan SSMS, pasar penjualan minyak sawit SSMS adalah 42% untuk domestik dan 58% untuk ekspor. Nicholas bilang, pasar potensial SSMS adalah China, India, dan Indonesia. Dia pun mengatakan ekspor CPO ke India berkontribusi 75% terhadap total ekspor SSMS.

Menurutnya, adanya kenaikan tarif impor yang ditetapkan India dbeberapa bulan yang lalu sempat berpengaruh terhadap penjualan SSMS khususnya pada kuartal I 2018. Namun, menurutnya saat ini tidak ada kendala melihat permintaan CPO India yang tetap tinggi untuk kuartal II tahun ini.

Nicholas tak menampik bila pihaknya ingin terus mengembangkan pasar baru khususnya pasar Eropa. Namun, menurutnya pembangunan perkebunan dengan prinsip keberlanjutan perlu dilakukan terlebih dahulu.

"Kita harus melihat bahwa pembeli akan melihat minyak yang menerapkan prinsip berkelanjutan. Sebagai salah satu produsen, kita harus menyiapkan berbagai hal untuk menghadapi tantangan yang akan datang," ujar Nicholas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia