Akhir pekan, IHSG pagi tak bertenaga



JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona negatif pada akhir pekan (18/11). Data RTI menunjukkan, pada pukul 09.09 WIB tercatat turun 0,3% menjadi 5.176,82.

Ada 61 saham yang tergerus. Sementara, jumlah saham yang naik sebanyak 82 saham dan 79 saham lainnya tak banyak berubah posisi.

Volume transaksi perdagangan pagi ini melibatkan 881,374 juta saham dengan nilai transaksi Rp 317,859 miliar.


Sementara itu, sembilan sektor memerah. Tiga sektor dengan penurunan terdalam antara lain: sektor industri lain-lain turun 0,71%, sektor barang konsumen turun 0,67%, dan sektor manufaktur turun 0,45%.

Saham-saham indeks LQ 45 yang berada di jajaran top losers antara lain: PT Sawit Sumbermas Tbk (SSMS) turun 2,79% menjadi Rp 1.395, PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) turun 2,75% menjadi Rp 1.770, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) turun 2,2% menjadi Rp 8.900.

Sedangkan di posisi top gainers indeks LQ 45, terdapat saham-saham: PT Matahari Department Tbk (LPPF) naik 0,97% menjadi Rp 15.575, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) naik 0,96% menjadi Rp 5.275, dan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) naik 0,81% menjadi Rp 250.

Asia mixed

Indeks acuan saham Asia mayoritas dibuka positif di akhir pekan ini (18/11). Berdasarkan data CNBC, pada pukul 08.03 waktu Singapura, indeks Nikkei Jepang naik 0,92%. Sedangkan indeks Topix Jepang naik 0,81%.

Kedua indeks acuan negeri Sakura itu melaju setelah posisi yen melemah terhadap dollar AS. Pagi ini, nilai tukar yen berada di level 110,10. Sebagai perbandingan, pasca hasil pemilu AS, nilai tukar yen di bawah 105 per dollar AS.

Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan dibuka naik. Namun kondisi itu tak berlangsung lama karena indeks Kospi akhirnya tertekan 0,23%.

Di Australia, indeks ASX 200 naik 0,25% di perdagangan pagi. Sektor finansial naik 0,28%, sektor emas turun 2,09%, dan sektor energi turun 0,4%.

"Kenaikan pasar saham dan dollar AS terus berlanjut, terkerek oleh komentar dari pimpinan The Fed Janet Yellen dan disokong oleh kuatnya data ekonomi AS," jelas Tapas Strickland, ekonom National Australia Bank.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie