JAKARTA. Harga obligasi kembali terpeleset. Namun, para analis optimistis harga akan kembali terangkat pada pengujung tahun 2015 sebagai imbas dari membaiknya perekonomian dalam negeri. Indeks obligasi pemerintah alias Inter Dealer Market Association (IDMA) yang turun 0,09% ketimbang hari sebelumnya menjadi 95,97. Padahal di awal pekan, indeks masih di level 97,61. Ketimbang akhir tahun 2014, indeks sudah tergerus 3,74%. Harga obligasi pemerintah bertenor 10 tahun yang dijadikan acuan yaitu FR0070 turun 0,12% ketimbang hari sebelumnya menjadi 98,889. Yield SUN tersebut pun terkerek dari semula 8,537% menjadi 8,557%. Ketimbang akhir bulan sebelumnya, harga sudah meluncur 1,59%. Sedangkan yield sudah bertambah 0,266%. Pelemahan harga obligasi umumnya diikuti oleh kenaikan imbal hasil alias yield. Analis Millenium Capital Management, Desmon Silitonga menerawang, di pengujung tahun 2015, harga obligasi akan pulih. Dengan catatan, pemerintah Indonesia senantiasa menstabilkan besaran inflasi serta mendorong perekonomian kuartal ketiga dan keempat minimal menjadi 5%. Memang ada ancaman realisasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat alias Federal Reserve (The Fed) pada September atawa Desember 2015 mendatang. Namun, isu The Fed mengerek suku bunga sudah beredar lama. “Jadi isu kenaikan suku bunga AS kurang diperhatikan lagi oleh pasar,” katanya. Sehingga, ia menilai, harga obligasi akan kembali terangkat di akhir tahun 2015. Di saat yang sama, imbal hasil alias yield SUN akan terkoreksi. Ia memprediksi, yield FR0070 akan berkisar 8,2% - 8,5% di akhir tahun nanti. Senada, analis obligasi BNI Securities, I Made Adi Saputra berpendapat, harga obligasi akan kembali terangkat sehingga yield FR0070 akan bertengger di 8,4%. Asal, belanja pemerintah terserap lebih ekspansif guna membangkitkan perekonomian yang lesu. “Pemerintah harus meningkatkan kualitas perekonomian dalam negeri. Salah satunya dengan meningkatkan pembangunan infrastruktur,” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Akhir tahun 2015, harga obligasi diprediksi pulih
JAKARTA. Harga obligasi kembali terpeleset. Namun, para analis optimistis harga akan kembali terangkat pada pengujung tahun 2015 sebagai imbas dari membaiknya perekonomian dalam negeri. Indeks obligasi pemerintah alias Inter Dealer Market Association (IDMA) yang turun 0,09% ketimbang hari sebelumnya menjadi 95,97. Padahal di awal pekan, indeks masih di level 97,61. Ketimbang akhir tahun 2014, indeks sudah tergerus 3,74%. Harga obligasi pemerintah bertenor 10 tahun yang dijadikan acuan yaitu FR0070 turun 0,12% ketimbang hari sebelumnya menjadi 98,889. Yield SUN tersebut pun terkerek dari semula 8,537% menjadi 8,557%. Ketimbang akhir bulan sebelumnya, harga sudah meluncur 1,59%. Sedangkan yield sudah bertambah 0,266%. Pelemahan harga obligasi umumnya diikuti oleh kenaikan imbal hasil alias yield. Analis Millenium Capital Management, Desmon Silitonga menerawang, di pengujung tahun 2015, harga obligasi akan pulih. Dengan catatan, pemerintah Indonesia senantiasa menstabilkan besaran inflasi serta mendorong perekonomian kuartal ketiga dan keempat minimal menjadi 5%. Memang ada ancaman realisasi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat alias Federal Reserve (The Fed) pada September atawa Desember 2015 mendatang. Namun, isu The Fed mengerek suku bunga sudah beredar lama. “Jadi isu kenaikan suku bunga AS kurang diperhatikan lagi oleh pasar,” katanya. Sehingga, ia menilai, harga obligasi akan kembali terangkat di akhir tahun 2015. Di saat yang sama, imbal hasil alias yield SUN akan terkoreksi. Ia memprediksi, yield FR0070 akan berkisar 8,2% - 8,5% di akhir tahun nanti. Senada, analis obligasi BNI Securities, I Made Adi Saputra berpendapat, harga obligasi akan kembali terangkat sehingga yield FR0070 akan bertengger di 8,4%. Asal, belanja pemerintah terserap lebih ekspansif guna membangkitkan perekonomian yang lesu. “Pemerintah harus meningkatkan kualitas perekonomian dalam negeri. Salah satunya dengan meningkatkan pembangunan infrastruktur,” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News