JAKARTA. Meski pengujung tahun sudah semakin dekat. Harga timah global diduga masih punya peluang menutup tahun dengan penguatan. Mengutip Bloomberg, Senin (14/9) harga timah naik 0,45% ke level US$ 15.600 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Nada optimis itu disampaikan oleh Cui Lin, Chief Representative of ITRI China dalam acara Indonesian Tin Conference and Exhibition di Pullman, Selasa (15/9).
Menurut Cui Lin, dengan aturan yang diterapkan Indonesia per 1 Agustus 2015 lalu, ikut mempengaruhi suplai pasokan timah secara global. Memang ini tidak lantas menopang kenaikan harga tapi dengan berkurangnya pasokan bisa dipastikan akan ada kekurangan permintaan di pasar. "Di saat yang bersamaan produksi China pun diduga akan turun tahun 2015 ini," papar Cui Lin. Produksi negeri tirai bambu diduga turun menjadi 173,5 ribu ton dari sebelumnya di tahun 2014 yakni 175 ribu ton. Salah satu faktor yang mendorong penurunan produksi China adalah adanya kebijakan pemerintah China yang berlaku di tahun 2015 ini mengenai kebijakan ramah lingkungan bagi perusahaan tambang. "Sulit diadaptasi oleh perusahaan kecil, hanya yang besar yang bisa mengikuti," kata Cui Lin. Efeknya produksi China pun terkikis. Tidak hanya China, produksi Indonesia pun diperkirakan akan turun dari 88 ribu ton di 2014 menjadi hanya 78 ribu ton di akhir tahun 2015. "Selain karena aturan baik di China dan Indonesia, penurunan produksi juga karena rendahnya harga jual," jelas Cui Lin. Ini membuat pelaku tambang memilih untuk menghentikan produksi sementara karena minimnya keuntungan yang diperoleh.