Akhir tahun 2016, prospek nikel cerah



JAKARTA. Pergerakan harga nikel di awal tahun masih negatif. Namun, para analis memprediksi harga komoditas ini bakal berkilap di akhir tahun nanti.

Mengutip Bloomberg, Rabu (13/1) pukul 13.56 WIB, harga nikel untuk kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 0,6% ke US$ 8.195 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Angka tersebut merupakan rekor terendak sejak 2003.

Sepekan terakhir, nikel anjlok 4,82%. Ibrahim, pengamat komoditas SoeGee Futures, mengatakan, harga nikel saat ini terseret oleh penurunan harga minyak mentah dunia yang sempat bergerak di kisaran US$ 29 per barel.


"Pada saat minyak turun, komoditas lainnya mengikuti," ujarnya.

Selain terseret harga minyak WTI, data ekonomi China turut mempengaruhi harga nikel. Neraca perdagangan China bulan Desember sebenarnya cukup positif dengan surplus US$ 594,5 miliar.

Tapi angka ekspor turun 1,4% dibanding bulan sebelumnya. Hal tersebut juga disertai dengan penurunan impor yang cuma 7,6% atau berada di bawah proyeksi ekonom sebesar 11%. Plus, di saat yang sama indeks dollar AS mencapai level tertingginya.

Di awal 2016, ekonomi China kembali bergejolak. Bursa Shanghai jatuh. Bank Sentral China (PBoC) juga melakukan devaluasi yuan. "PBoC telah memberi stimulus US$ 20 miliar tetapi tidak berhasil mengangkat bursa," papar Ibrahim.

Melihat perlambatan ekonomi China, Ibrahim menduga harga nikel masih akan turun di semester pertama tahun ini. Bank Dunia juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi China tahun 2016 menjadi 6,7% dari sebelumnya 6,9%.

Oleh karena itu, Ibrahim menduga harga nikel di semester I-2016 akan akan turun ke US$ 7.000 per metrik ton.Selanjutnya, pada semester kedua, nikel berpeluang menguat. Menurut rata-rata survei 16 analis yang dilakukan Bloomberg, harga nikel tahun 2016 dapat menguat ke level US$ 12.250 per metrik ton.

Mark Beveridge, seorang konsultan senior CRU Group di London, mengatakan, produksi stainless steel China dengan kandungan nikel yang tinggi akan naik tahun ini atau rebound pertama sejak penurunan tujuh tahun terakhir.

Maklum, permintaan dari proyek infrastruktur meningkat. Tapi produksi nikel berpotensi turun. Glencore Plc bakal menutup salah satu tambang nikel di Australia. Para produsen nikel di China juga memangkas produksi tahun 2016 minimal sebesar 20%.

Secara teknikal, bollinger band dan moving average (MA) 10% di atas bollinger bawah. Lalu MACD, RSI dan stochastic 60% negatif. Ibrahim memprediksi harga nikel akan melemah ke kisaran US$ 8.095-US$ 8.199 per metrik ton hari ini dan bergerak antara US$ 7.850-US$ 8.199 per metrik ton sepekan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie