KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cadangan devisa Indonesia pada tahun ini diperkirakan masih akan meningkat. Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan, cadangan devisa Indonesia akan berada pada posisi US$ 135 miliar hingga US$ 155 miliar pada akhir tahun 2023. "Menurut analisis kami, cadangan devisa diantisipasi akan bertahan pada tingkat yang memuaskan," ujar Faisal dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Jumat (7/7).
Menurutnya, hal tersebut berpotensi meningkatkan stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah meningkatnya ketidakpastian global. Untuk itu, ia memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan bertahan di sekitar Rp 14.864 per dolar AS pada akhir tahun 2023.
Baca Juga: Cadangan Devisa Bulan Juni 2023 Tergerus, Ini Pemicunya Meski begitu, pihaknya akan terus mengantisipasi pergeseran neraca transaksi berjalan menuju defisit yang terkendali sekitar -0,65% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2023, dibandingkan surplus 0,99% PDB pada tahun lalu. "Namun demikian, defisit yang diproyeksikan tetap dapat dikelola karena lebih rendah dari 3% dari ambang batas PDB. Hal ini menunjukkan bahwa neraca transaksi berjalan masih dalam kondisi yang kuat," katanya. Faisal bilang, penurunan transaksi berjalan tersebut disebabkan oleh moderasi pertumbuhan ekspor yang dipicu oleh penurunan harga komoditas akibat melemahnya permintaan global di tengah berlanjutnya tekanan inflasi dan berlanjutnya kenaikan suku bunga kebijakan. Sementara itu, impor berpotensi menunjukkan pertumbuhan yang lebih kuat dibandingkan dengan ekspor sebagai dampak dari berlanjutnya pemulihan permintaan dan didukung oleh mobilitas yang membaik serta tingkat inflasi yang terus menurun. Kemudian, potensi risiko yang timbul dari sikap moneter yang lebih hawkish dari bank sentral dunia di tengah berlanjutnya inflasi global, maka dapat meningkatkan ketidakpastian dan memicu sentimen penghindaran risiko di pasar portofolio. "Dengan demikian, hal ini dapat menimbulkan hambatan bagi arus masuk modal ke pasar obligasi dan pasar saham," terang Faisal. Namun, kabar baiknya adalah bahwa tingkat inflasi tahunan terus menurun ke level terendah 14 bulan di 3,52% YoY pada Juni 2023, serta kembali ke dalam kisaran target 2% – 4% untuk bulan kedua berturut-turut. Hal ini dapat memastikan terpeliharanya spread yang menguntungkan antara suku bunga nominal dan tingkat inflasi, sehingga instrumen keuangan Indonesia tampak relatif lebih menarik dibandingkan dengan negara lain, sehingga menarik aliran masuk modal sampai taraf tertentu.
Baca Juga: Cadangan Devisa Juni Berpotensi Bisa Tergerus Selain itu, ia melihat, pola musiman peningkatan pembayaran dividen dan kupon investasi portofolio kepada nonresiden di kuartal II-2023 juga mulai mereda, sehingga mengurangi tekanan pada kondisi cadangan devisa. Tidak hanya itu, dedikasi pemerintah yang konsisten untuk mempromosikan hilirisasi sumber daya alam (SDA) akan menjanjikan dalam menarik investasi asing langsung (FDI) ke Indonesia. "Selain itu, inisiatif-inisiatif yang ditujukan untuk mempertahankan penerimaan ekspor dari SDA, seperti penggunaan deposito berjangka valas (TD) yang disediakan oleh Bank Indonesia, menjadi salah satu langkah untuk mencegah pengalihan aset ke penempatan luar negeri," tandasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi