JAKARTA. Harga komoditas kakao diramal memiliki kemungkinan besar untuk menguat. Bursa Efek Berjangka atau Jakarta Future Exchange (JFX) memprediksi, harga kakao bakal naik menjadi US$ 2.600 per metrik ton pada akhir tahun ini."Untuk jangka pendek, sekitar dua bulan ke depan, harganya naik menjadi US$ 2.400 per metrik ton, dari sebelumnya US$ 2.250 per metrik ton," ujar Renji Bestari, Officer Divisi Penelitian dan Pengembangan JFX.Manajemen beranggapan, proyeksi kenaikan tersebut didasari oleh beberapa hal. Salah satunya yakni aktifnya peran pemerintah dalam pengembangan industri ini. Memang, produksi kakao sempat mengalami penurunan. Tapi, sejak dikeluarkan bea keluar kakao oleh pemerintah pada 2011 lalu, perlahan tapi pasti produksinya terus meningkat.Nah, hal inilah yang memicu JFX untuk menerbitkan kontrak kakao beberapa waktu yang lalu. Kontrak ini merupakan sistem lindung nilai untuk fluktuasi harga kakao.Kadang, banyak pabrik yang kongkalikong memainkan harga. Dengan kontrak kakao, diharapakan bisa meminimlisir praktek itu. "Soalnya, kontrak kakao punya batas bawah 5% dan batas atas 5%," imbuh Renji.Dengan kontrak ini, manajemen juga berharap mampu memberikan acuan harga kepada petani kakao. Dengan begitu, mereka tidak lagi menggunakan harga konsumen, tapi harga produsen.Ternyata, sambutan terhadap kontrak ini cukup meriah. Hal itu bisa dibuktikan dengan peningkatan volume transaksi kontrak kakao. "Sejak diluncurkan pada Desember 2011, volume transaksinya 3.000 lot. Tapi sekarang, volumenya sudah mencapai 5.000 lot," pungkas Renji. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Akhir tahun, harga kakao diramal bakal menguat
JAKARTA. Harga komoditas kakao diramal memiliki kemungkinan besar untuk menguat. Bursa Efek Berjangka atau Jakarta Future Exchange (JFX) memprediksi, harga kakao bakal naik menjadi US$ 2.600 per metrik ton pada akhir tahun ini."Untuk jangka pendek, sekitar dua bulan ke depan, harganya naik menjadi US$ 2.400 per metrik ton, dari sebelumnya US$ 2.250 per metrik ton," ujar Renji Bestari, Officer Divisi Penelitian dan Pengembangan JFX.Manajemen beranggapan, proyeksi kenaikan tersebut didasari oleh beberapa hal. Salah satunya yakni aktifnya peran pemerintah dalam pengembangan industri ini. Memang, produksi kakao sempat mengalami penurunan. Tapi, sejak dikeluarkan bea keluar kakao oleh pemerintah pada 2011 lalu, perlahan tapi pasti produksinya terus meningkat.Nah, hal inilah yang memicu JFX untuk menerbitkan kontrak kakao beberapa waktu yang lalu. Kontrak ini merupakan sistem lindung nilai untuk fluktuasi harga kakao.Kadang, banyak pabrik yang kongkalikong memainkan harga. Dengan kontrak kakao, diharapakan bisa meminimlisir praktek itu. "Soalnya, kontrak kakao punya batas bawah 5% dan batas atas 5%," imbuh Renji.Dengan kontrak ini, manajemen juga berharap mampu memberikan acuan harga kepada petani kakao. Dengan begitu, mereka tidak lagi menggunakan harga konsumen, tapi harga produsen.Ternyata, sambutan terhadap kontrak ini cukup meriah. Hal itu bisa dibuktikan dengan peningkatan volume transaksi kontrak kakao. "Sejak diluncurkan pada Desember 2011, volume transaksinya 3.000 lot. Tapi sekarang, volumenya sudah mencapai 5.000 lot," pungkas Renji. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News