Akhir tahun, kembang api dan terompet panen order



Perayaan tahun baru identik dengan pesta kembang api. Tak heran, menjelang perayaan tahun baru ini, penjualan kembang api meningkat pesat.

Delta Rahardja, seorang agen impor kembang api dari China bilang, penjualan kembang api untuk perayaan tahun mulai meningkat sejak akhir Oktober lalu.

Sebagai pemain besar, Delta lebih banyak melayani pesanan dari instansi pemerintah maupun swasta yang ingin mengadakan pesta pesta kembang api meyambut perayaan tahun baru ini.


"Sekitar 70% penjualan kami untuk show atau pesta kembang dan sisanya untuk penjualan eceran," kata Delta yang terjun ke bisnis ini dengan bendera usaha UD Mulia Grosir Group di Ponorogo, Jawa Timur.

Sekali melayani pesanan pesta kembang api, Delta mematok tarif mulai Rp 25 juta. Selama perayaan tahun baru, ia bisa melayani lebih dari empat tempat.

Sementara untuk penjualan eceran, kembang apinya dibanderol mulai Rp 10.000 sampai Rp 3 juta, tergantung jumlah tembakan. "Tarif Rp 10.000 itu cuma lima tembakan, tapi kalau yang Rp 3 juta bisa ratusan tembakan," jelasnya.

Bila ditambah dengan penjualan eceran, omzet dari penjualan kembang api selama perayaan tahun baru bisa mencapai Rp 500 juta.

Semua produk kembang api yang dipasarkan Delta didatangkan dari China. Menurutnya, teknologi dan bahan kembang api China jauh lebih maju ketimbang lokal. Makanya, 90% kembang api yang beredar di Indonesia berasal dari China.

Selain perayaan tahun baru, menurut Delta, penjualan kembang api juga melonjak tajam di bulan puasa dan Lebaran. Cuma segmen pasarnya berbeda.

Bila perayaan tahun baru lebih banyak konsumen korporat atau instansi, penjualan di bulan puasa dan Lebaran lebih banyak konsumen eceran.

Sebenarnya, Delta bertutur, volume penjualan bulan puasa dan Lebaran jauh lebih tinggi ketimbang tahun baru. "Omzet saya selama puasa dan Lebaran bisa mencapai Rp 3 miliar," katanya.

Selain penjual kembang api, pedagang terompet juga ikut kecipratan rezeki menjelang perayaan akhir tahun dan tahun baru. Salah satunya adalah Sackdi Cayder, pemilik Rosita Kreasi di Jakarta Barat.

"Permintaan terompet untuk perayaan Natal dan Tahun Baru sudah naik dibanding bulan-bulan sebelumnya," kata Sackdi yang sudah berjualan terompet semenjak tahun 2005.

Menurut Sackdi, tahun ini, ada kecenderungan penjualan terompet lebih tinggi ketimbang tahun lalu. Tahun lalu, ia mampu meraup omzet sekitar Rp 200 juta hanya untuk akhir tahun.

Namun, tahun ini, dia memperkirakan omzetnya bakal mencapai Rp 300 juta. "Ada beberapa hotel yang sudah pesan terompet untuk acara tahun baru," katanya.

Sackdi mematok harga terompet mulai Rp 4.000–Rp 16.000 per piece.   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri