Akhir tahun laba Tifa Finance diprediksi turun 25%



JAKARTA. Pembiayaan alat berat tahun ini lesu. Jatuhnya harga komoditas sektor tambang dan perkebunan membuat laba PT Tifa Finance Tbk (Tifa) ikut terseret. Laba Tifa turun 31% pada kuartal tiga secara year on year (yoy). Sisa waktu dua bulan, perusahaan memprediksi laba masih akan tertekan.

Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan, laba Tifa pada September 2015 sebesar Rp 17,96 miliar lebih rendah dibandingkan September 2014 sebesar Rp 26,12 miliar. Padahal dari sisi pendapatan, Tifa Finance masih mencatat pertubuhan sebesar 3,44% menjadi Rp 128,22 miliar.

Namun, beban operasionalnya naik lebih tinggi dari pertumbuhan pendapatan. Beban Tifa menjadi Rp 40,39 miliar pada kuartal 3 2015 dari Rp 34,16 miliar pada kuartal 3 2014.


Ester Gunawan, Direktur Tifa Finance mengakui sampai akhir tahun berat perusahaan untuk membuat laba tumbuh. "Bertahan saja sudah cukup bagus. Namun kami perkirakan akhir tahun laba akan tergerus hingga 25% dari pencapaian tahun 2014 senilai Rp 36 miliar. Situasi pembiayaan tahun ini amat berat," tandas Ester pada Jumat (13/11).

Lebih lanjut Ester menjelaskan, kinerja perusahaan yang tertekan terjadi sejalan dengan kondisi ekonomi dalam negeri yang mengalami perlambatan. Apalagi banyak perusahaan pertambangan dan perkebunan menghentikan aktivitasnya karena harganya yang jatuh.

Tahun depan, Ester memprediksi kondisinya belum akan berubah seperti tahun ini. Sebab proyek infrastruktur dan harga komoditas belum terlalu membaik.

Pada kuartal III 2015, pembiayaan Tifa Finance sebanyak 70% berasal dari sewa guna usaha. Kemudian sebanyak 27% adalah pembiayaan syariah. Sisanya, 3% adalah anjak piutang dan 2% berasal dari pembiayaan konsumen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri