KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja operasional PT Golden Eagle Energy Tbk (
SMMT) tampak tertekan di tengah penurunan harga batubara sebagai imbas dari pandemi Covid-19. Direktur Utama Golden Eagle Energy Roza Permana Putra menyampaikan, hingga kuartal III-2020, volume produksi batubara SMMT tercatat sebesar 875.000 ton. Jumlah ini turun 36% (yoy) dibandingkan produksi batubara SMMT di kuartal III-2019 yang sebanyak 1,36 juta ton. Produksi batubara tersebut berasal dari tambang SMMT yang berada di Musi Rawas Utara, Sumatra Utara dan Samarinda, Kalimantan Timur.
Bersamaan dengan itu, volume penjualan batubara SMMT juga mengalami penurunan 38% (yoy) dari 1,20 juta ton per kuartal III-2019 menjadi 869.000 ton per kuartal III-2020. Bedanya, SMMT berhasil meningkatkan porsi penjualan batubara di pasar domestik dari 32% per kuartal III-2019 menjadi 51% per kuartal III-2020. Roza menyebut, peningkatan komposisi penjualan domestik pada tahun ini merupakan upaya SMMT untuk memperluas penetrasi pasar dalam negeri demi mendapatkan paduan harga yang lebih optimum. “Kami ikut menyuplai batubara untuk kebutuhan listrik PLN,” ujar dia dalam paparan publik virtual, Senin (21/12).
Baca Juga: Golden Eagle Energy menderita rugi bersih Rp 12,91 miliar hingga kuartal III-2020 Menurut Roza, selama masa pandemi, komposisi negara tujuan ekspor batubara milik SMMT cenderung mengalami pergeseran. Di tahun 2019 lalu, SMMT banyak mengekspor batubara untuk India dan China. Namun, seiring adanya kebijakan
lockdown, SMMT mulai memperbanyak porsi penjualan ke negara-negara Asia Tenggara seperti Thailand, Filipina, dan Kamboja. “Sebagian batubara kami tetap dijual ke China saat permintaan dari sana mulai pulih,” imbuh dia. Dia mengaku, tekanan yang menerpa industri batubara cukup mempengaruhi kinerja operasional SMMT hingga kuartal III-2020. Manajemen SMMT pun memperkirakan produksi batubara di akhir tahun nanti berada di kisaran 82% dari total target yang dicanangkan yaitu 1,5 juta ton. Pada tahun depan, SMMT menargetkan mampu memproduksi kurang lebih 2 juta ton batubara. Target tersebut di atas capaian produksi batubara SMMT pada tahun 2019 lalu sebesar 1,73 juta ton. Manajemen SMMT terus memantau kondisi perkembangan pasar batubara di tengah pandemi Covid-19 supaya strategi produksi dari perusahaan dapat berjalan dengan baik. Pihak SMMT juga masih cenderung konservatif memandang prospek bisnis batubara di tahun depan. Sebab, kondisi seluruh bisnis masih sangat bergantung terhadap berhasil atau tidaknya dubia melawan efek pandemi Covid-19. “Kami tidak terlalu melakukan hal-hal yang sifatnya perubahan drastis di tahun depan. Fokus kami tetap meningkatkan produksi dan menjaga keberlanjutan usaha,” ungkap Roza. Lebih lanjut, manajemen SMMT tetap melirik peluang pengembangan bisnis di masa depan. Roza menyebut, pihaknya terus melakukan penjajakan terkait kesempatan untuk masuk ke bisnis peningkatan nilai tambah batubara atau hilirisasi.
Baca Juga: Golden Energy (GEMS) dapat perpanjangan jangka waktu kredit dari Bank Mandiri (BMRI) Ini mengingat perusahaan tambang batu bara berpeluang mendapat insentif ketika menjalankan hilirisasi sesuai UU Minerba yang baru. Di samping itu, pihak SMMT juga terus melihat peluang-peluang yang ada terkait akuisisi tambang batu bara. Hanya memang, hal tersebut belum menjadi prioritas perusahaan dalam waktu dekat. “Sementara ini kami tidak terlalu banyak siapkan capex untuk pengembangan bisnis lain. Kami fokus pada aspek kinerja,” pungkas Roza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi