JAKARTA. Aksi window dressing yang biasanya terjadi menjelang tutup tahun, agaknya tak akan terjadi di bursa Efek Indonesia (BEI) pada pengujung 2009 ini. Setidaknya, begitulah perkiraan para analis pasar modal. Pasalnya, sepanjang tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah naik cukup tinggi. Alhasil, para pengelola dana investasi dan emiten tak perlu lagi melakukan window dressing, yakni mengerek harga saham-saham tertentu untuk mempercantik kinerjanya di 2009 ini. Tengok saja, sampai Kamis lalu (17/12), IHSG sudah menjejak angka 2,509,58, terbang 85,15% dari posisinya di akhir 2008, yakni 1.355,41. Dengan penguatan indeks yang sudah setinggi itu, "Sudah tidak ada manfaatnya window dressing," kata Muhammad Alfatih, Analis BNI Securities. Ia menambahkan, window dressing memang harus didukung penguatan harga komoditas dan faktor regional. Pertanda tidak akan terjadi window dressing, menurut Edwin Sinaga, Direktur Utama Financorfindo Nusa, juga tampak dari datarnya pergerakan harga saham belakangan ini. "Biasanya kalau window dressing harga saham cenderung naik," ujarnya. Kecuali, harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang sejak awal Desember telah naik 12,22% menjadi Rp 10.100 per saham (17/12). Bergerak tipis Melihat tipisnya kemungkinan terjadi window dressing, para analis yang dihubungi KONTAN memperkirakan pergerakan IHSG hingga tutup tahun ini akan cenderung mendatar. Apa lagi, saat ini investor mulai mengerem transaksi di bursa. "Kita lihat perdagangan harian akhir-akhir ini sangat kecil, hanya sekitar Rp 2,5 triliun, padahal biasanya Rp 3,5 triliun per hari," ujar Pardomuan Sihombing, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas. Tapi, walau sejauh ini tak tampak ada tanda-tanda window dressing, namun meskipun kecil, tetap saja ada kemungkinan terjadi aksi menggoreng harga saham menjelang detik-detik terakhir penutupan bursa di akhir 2009. Toh, kata Edwin, kalau pun ada window dressing, maka aksi itu hanya terjadi terhadap saham yang kurang likuid. Kemungkinan lain, aksi ini bisa dilakukan secara tak langsung oleh emiten. "Misalnya, emiten memberikan indikasi kinerja sampai akhir tahun, itu kan sudah seperti window dressing," kata Jordan Zulkarnaen, Kepala Riset Kresna Graha Sekurindo. Tapi, para analis yakin, kalaupun terjadi, aksi window dressing kecil-kecilan ataupun faktor eksternal, tak akan menggeser indeks jauh dari posisinya saat ini. Para analis memperkirakan, IHSG akan ditutup di kisaran 2.480 - 2.550 pada akhir 2009 ini.
Akhir Tahun Tanpa Window Dressing
JAKARTA. Aksi window dressing yang biasanya terjadi menjelang tutup tahun, agaknya tak akan terjadi di bursa Efek Indonesia (BEI) pada pengujung 2009 ini. Setidaknya, begitulah perkiraan para analis pasar modal. Pasalnya, sepanjang tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah naik cukup tinggi. Alhasil, para pengelola dana investasi dan emiten tak perlu lagi melakukan window dressing, yakni mengerek harga saham-saham tertentu untuk mempercantik kinerjanya di 2009 ini. Tengok saja, sampai Kamis lalu (17/12), IHSG sudah menjejak angka 2,509,58, terbang 85,15% dari posisinya di akhir 2008, yakni 1.355,41. Dengan penguatan indeks yang sudah setinggi itu, "Sudah tidak ada manfaatnya window dressing," kata Muhammad Alfatih, Analis BNI Securities. Ia menambahkan, window dressing memang harus didukung penguatan harga komoditas dan faktor regional. Pertanda tidak akan terjadi window dressing, menurut Edwin Sinaga, Direktur Utama Financorfindo Nusa, juga tampak dari datarnya pergerakan harga saham belakangan ini. "Biasanya kalau window dressing harga saham cenderung naik," ujarnya. Kecuali, harga saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang sejak awal Desember telah naik 12,22% menjadi Rp 10.100 per saham (17/12). Bergerak tipis Melihat tipisnya kemungkinan terjadi window dressing, para analis yang dihubungi KONTAN memperkirakan pergerakan IHSG hingga tutup tahun ini akan cenderung mendatar. Apa lagi, saat ini investor mulai mengerem transaksi di bursa. "Kita lihat perdagangan harian akhir-akhir ini sangat kecil, hanya sekitar Rp 2,5 triliun, padahal biasanya Rp 3,5 triliun per hari," ujar Pardomuan Sihombing, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas. Tapi, walau sejauh ini tak tampak ada tanda-tanda window dressing, namun meskipun kecil, tetap saja ada kemungkinan terjadi aksi menggoreng harga saham menjelang detik-detik terakhir penutupan bursa di akhir 2009. Toh, kata Edwin, kalau pun ada window dressing, maka aksi itu hanya terjadi terhadap saham yang kurang likuid. Kemungkinan lain, aksi ini bisa dilakukan secara tak langsung oleh emiten. "Misalnya, emiten memberikan indikasi kinerja sampai akhir tahun, itu kan sudah seperti window dressing," kata Jordan Zulkarnaen, Kepala Riset Kresna Graha Sekurindo. Tapi, para analis yakin, kalaupun terjadi, aksi window dressing kecil-kecilan ataupun faktor eksternal, tak akan menggeser indeks jauh dari posisinya saat ini. Para analis memperkirakan, IHSG akan ditutup di kisaran 2.480 - 2.550 pada akhir 2009 ini.