JAKARTA. Setelah beberapa tahun terakhir berdarah-darah, kini PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mampu meraih untung. Pada kuartal pertama 2015, GIAA membukukan laba US$ 11,39 juta. Sedangkan di periode yang sama tahun sebelumnya, GIAA merugi US$ 168,04 juta. Dengan ini, laba per sahamnya pun terkerek menjadi US$ 0,00044. Pendapatan GIAA meningkat 13,44% dari US$ 817,41 juta ke posisi US$ 927,32 juta. Kontribusi pendapatan dari penerbangan berjadwalnya yakni US$ 805,48 juta, penerbangan tak berjadwal US$ 39,2 juta, dan lainnya US$ 82,64 juta. "Di kuartal pertama, Garuda meraih kenaikan trafik penumpang domestik 13% dan internasional 17%," kata Direktur Utama GIAA Arif Wibowo, dalam pesan singkatnya kepada KONTAN, Minggu, (10/5). Ia menyebut bahwa meski pangsa pasarnya menipis, namun GIAA tetap bisa mencatat kenaikan jumlah penumpang. Menurutnya, pangsa pasar penumpang domestik GIAA turun sekitar 9% di kuartal satu lalu. Sementara, beban yang GIAA tanggung sedikit meringan. Beban usahanya turun 6,54% dari US$ 980,97 juta ke posisi US$ 916,73 juta. Ini didorong oleh beban operasionalnya yang turun 11,03% dari US$ 597,63 juta ke posisi US$ 531,71 juta. Lemahnya harga minyak dunia turut berperan berkurangnya beban tersebut. Dus, GIAA juga tengah menekankan efisiensi. Efisiensi yang dilakukan antara lain mengurangi isian kelas bisnis dari 12 menjadi 8 kursi. Untuk menghindari turbulensi nilai tukar, GIAA juga melakukan cross currency swap. Pada 2 April lalu, GIAA melakukan cross currency swap sebesar Rp 1 triliun dengan PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII), PT Bank Mega Tbk (MEGA), Bank Standard Chartered, dan Bank ANZ. Pada kuartal pertama kemarin, fluktuasi nilai tukar Rupiah ternyata membawa untung bagi maskapai ini. GIAA tercatat memperoleh laba selisih kurs US$ 18,99 juta. Sementara di kuartal pertama 2014, GIAA rugi kurs US$ 34,31 juta. Lebih lanjut, GIAA akan menerbitkan global sukuk senilai US$ 500 juta. Sukuk global tersebut memberi kupon maksimal 6,9% per tahun dan tenor 5 tahun. Adapun, penerbitan sukuk itu dinilisi bisa meringankan covenance utang GIAA. Pekan lalu, saham GIAA tutup di harga Rp 560 atau memerah 0,88% dibanding hari sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Akhirnya, Garuda Indonesia mampu meraup untung
JAKARTA. Setelah beberapa tahun terakhir berdarah-darah, kini PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) mampu meraih untung. Pada kuartal pertama 2015, GIAA membukukan laba US$ 11,39 juta. Sedangkan di periode yang sama tahun sebelumnya, GIAA merugi US$ 168,04 juta. Dengan ini, laba per sahamnya pun terkerek menjadi US$ 0,00044. Pendapatan GIAA meningkat 13,44% dari US$ 817,41 juta ke posisi US$ 927,32 juta. Kontribusi pendapatan dari penerbangan berjadwalnya yakni US$ 805,48 juta, penerbangan tak berjadwal US$ 39,2 juta, dan lainnya US$ 82,64 juta. "Di kuartal pertama, Garuda meraih kenaikan trafik penumpang domestik 13% dan internasional 17%," kata Direktur Utama GIAA Arif Wibowo, dalam pesan singkatnya kepada KONTAN, Minggu, (10/5). Ia menyebut bahwa meski pangsa pasarnya menipis, namun GIAA tetap bisa mencatat kenaikan jumlah penumpang. Menurutnya, pangsa pasar penumpang domestik GIAA turun sekitar 9% di kuartal satu lalu. Sementara, beban yang GIAA tanggung sedikit meringan. Beban usahanya turun 6,54% dari US$ 980,97 juta ke posisi US$ 916,73 juta. Ini didorong oleh beban operasionalnya yang turun 11,03% dari US$ 597,63 juta ke posisi US$ 531,71 juta. Lemahnya harga minyak dunia turut berperan berkurangnya beban tersebut. Dus, GIAA juga tengah menekankan efisiensi. Efisiensi yang dilakukan antara lain mengurangi isian kelas bisnis dari 12 menjadi 8 kursi. Untuk menghindari turbulensi nilai tukar, GIAA juga melakukan cross currency swap. Pada 2 April lalu, GIAA melakukan cross currency swap sebesar Rp 1 triliun dengan PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BNII), PT Bank Mega Tbk (MEGA), Bank Standard Chartered, dan Bank ANZ. Pada kuartal pertama kemarin, fluktuasi nilai tukar Rupiah ternyata membawa untung bagi maskapai ini. GIAA tercatat memperoleh laba selisih kurs US$ 18,99 juta. Sementara di kuartal pertama 2014, GIAA rugi kurs US$ 34,31 juta. Lebih lanjut, GIAA akan menerbitkan global sukuk senilai US$ 500 juta. Sukuk global tersebut memberi kupon maksimal 6,9% per tahun dan tenor 5 tahun. Adapun, penerbitan sukuk itu dinilisi bisa meringankan covenance utang GIAA. Pekan lalu, saham GIAA tutup di harga Rp 560 atau memerah 0,88% dibanding hari sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News