Akhirnya, Inalum lepas dari tangan NAA Jepang



JAKARTA. Pemerintah hari ini secara resmi telah mengakhiri kerjasama dengan pihak NAA Jepang terkait pengelolaan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang sekarang resmi menjadi milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Hal tersebut ditandai dengan penandatanganan Termination Agreement yang dilakukan di oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa dan Menteri Keuangan M. Chatib Basri. Selain itu Menteri BUMN Dahlan Iskan dan Chairman PT Nippon Asahan Alumunium (NAA) Yoshimiko Okimoto juga menyaksikan penandatanganan yang dilakukan di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta itu.

"Dengan perpindahan saham, mudah-mudahan Inalum bisa menjadi perusahaan multinasional yang baik," tutur Ketua Konsorsium Nippon Asahan Alumunium Yoshiki Akamoto Senin (9/12), di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta.


Sekedar informasi, Nippon Asahan Aluminium (NAA), perusahaan patungan asal Jepang sebelumnya memang menjadi pemegang saham mayoritas Inalum selama hampir 30 tahun. Berdasarkan perjanjian Indonesia dan Jepang pada 7 Juli 1975, kepemilikan NAA atas Inalum mencapai 58,87% sementara jatah Indonesia hanya 41,13%. Adapun nilai investasi pembangunan Inalum mencapai US$ 2 miliar.

MS Hidayat, Menteri Perindustrian mengungkapkan, dengan pengakhiran kerjasama dengan pihak Jepang ke depannya akan terus terjalin dan semakin kuat, walau pengelolaan Inalum sudah jatuh ke tangan Indonesia." Mudah-mudahan hubungan Indonesia dengan Jepang semakin kuat dan PT Inalum akan terus berdiri di masa depan," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan