TOKYO. Jepang akhirnya mengakui pertumbuhan ekonominya kalah cepat dibandingkan dengan China pada tahun lalu. Pada tahun lalu, pendapatan domestik bruto (GDP) Jepang hanya sebesar US$ 5,4742 triliun atau lebih kecil dari GDP China yang mencapai US$ 5,8786 triliun.GDP Jepang sejatinya tumbuh 3,9% tahun lalu. Namun, pertumbuhan itu tidak bisa mengejar pertumbuhan ekonomi China.Pada periode Oktober-Desember lalu, GDP Jepang susut sebesar 1,1% bila dihitung secara tahunan. Pertumbuhan tersebut menukik bila dibandingkan pada kuartal ketiga sebesar 3,3%.Dalam konferensi pers hari ini, pemerintah Jepang menyatakan penyebabnya adalah penurunan ekspor dan konsumsi rumah tangga. Ekspor melorot 0,7% dibandingkan kuartal sebelumnya karena penguatan nilai tukar yen dan penurunan permintaan. Kenaikan yen telah mengurangi keuntungan eksportir. Namun, pemerintah Jepang memperkirakan penurunan angka ekspor dan konsumsi rumah tangga hanya berlangsung sementara waktu. Para ekonom tampaknya sepakat.Kepala Bank Sentral Jepang, Masaaki Shirakawa mengatakan, indikator ekonomi Jepang sudah mulai berkembang lagi. Ryutao Kono, Kepala Ekonomis BNP Paribas mengatakan, ekspor dan produksi telah tumbuh lagi. "Perekonomian sepertinya sudah mulai pulih dari Desember. Alhasil, pertumbuhan negatif pada kuartal keempat tidak menjadi dasar untuk pesimis pada perekonomian Jepang ke depannya," katanya.
Akhirnya, Jepang akui laju perekonomiannya kalah dari China
TOKYO. Jepang akhirnya mengakui pertumbuhan ekonominya kalah cepat dibandingkan dengan China pada tahun lalu. Pada tahun lalu, pendapatan domestik bruto (GDP) Jepang hanya sebesar US$ 5,4742 triliun atau lebih kecil dari GDP China yang mencapai US$ 5,8786 triliun.GDP Jepang sejatinya tumbuh 3,9% tahun lalu. Namun, pertumbuhan itu tidak bisa mengejar pertumbuhan ekonomi China.Pada periode Oktober-Desember lalu, GDP Jepang susut sebesar 1,1% bila dihitung secara tahunan. Pertumbuhan tersebut menukik bila dibandingkan pada kuartal ketiga sebesar 3,3%.Dalam konferensi pers hari ini, pemerintah Jepang menyatakan penyebabnya adalah penurunan ekspor dan konsumsi rumah tangga. Ekspor melorot 0,7% dibandingkan kuartal sebelumnya karena penguatan nilai tukar yen dan penurunan permintaan. Kenaikan yen telah mengurangi keuntungan eksportir. Namun, pemerintah Jepang memperkirakan penurunan angka ekspor dan konsumsi rumah tangga hanya berlangsung sementara waktu. Para ekonom tampaknya sepakat.Kepala Bank Sentral Jepang, Masaaki Shirakawa mengatakan, indikator ekonomi Jepang sudah mulai berkembang lagi. Ryutao Kono, Kepala Ekonomis BNP Paribas mengatakan, ekspor dan produksi telah tumbuh lagi. "Perekonomian sepertinya sudah mulai pulih dari Desember. Alhasil, pertumbuhan negatif pada kuartal keempat tidak menjadi dasar untuk pesimis pada perekonomian Jepang ke depannya," katanya.