Akhirnya menyerah, PM Malaysia Muhyiddin Yassin dikabarkan mundur pada Senin (16/8)



KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin dikabarkan bakal mengundurkan diri pada Senin (16/8). Hal tersebut terjadi setelah Muhyiddin kehilangan dukungan dari partai koalisi karena pertikaian yang tak kunjung mereda. 

Berdasarkan berita Reuters yang mengutip portal berita MalaysiaKini, pengunduran diri itu, akan mengakhiri 17 bulan penuh gejolak masa jabatan Muhyiddin. 

Namun, pengunduran diri ini juga akan membawa lebih banyak tekanan dan ketidakpastian di Malaysia yang masih bergulat dengan lonjakan Covid-19 dan penurunan ekonomi akibat pandemi.


Terlebih, tidak ada kejelasan siapa yang dapat membentuk pemerintahan berikutnya, karena tidak ada anggota parlemen yang memiliki suara mayoritas di parlemen. Terlebih, dengan pandemi yang masih melonjak, Malaysia juga kesulitan untuk melakukan pemilihan umum.

Karena itu, banyak pihak yang memperkirakan, arah pemerintahan Malaysia selanjutnya berada di tangan Raja Malaysia Al-Sultan Abdullah, yang dapat memutuskan apa yang terjadi selanjutnya.

Baca Juga: Muhyiddin Yassin mencari mosi percaya di Parlemen untuk membuktikan legitimasinya

Muhyiddin akan mengajukan pengunduran dirinya kepada raja pada hari Senin. Hal itu diungkapkan Mohd Redzuan Md Yusof, seorang Menteri di Departemen Perdana Menteri Malaysia kepada Malaysiakini.

Reuters tidak dapat segera menghubungi Mohd Redzuan. Kantor perdana menteri tidak segera menanggapi.

Mohd Redzuan mengatakan, Muhyiddin memberi tahu anggota partai tentang keputusannya untuk mengundurkan diri karena dia telah kehabisan semua pilihan lain untuk mempertahankan pemerintah.

"Besok akan ada rapat kabinet khusus. Setelah itu, dia akan menuju (istana) untuk mengajukan pengunduran dirinya," kata Mohd Redzuan kepada Malaysiakini seperti dikutip Reuters.

Cengkeraman Muhyiddin pada kekuasaan di Malaysia sebenarnya sudah rapuh ketika dia mulai berkuasa pada Maret 2020. Tekanan terhadapnya meningkat baru-baru ini setelah beberapa anggota parlemen dari partai Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO), blok terbesar dalam aliansi yang berkuasa, menarik dukungan.

Perdana Menteri Muhyiddin selama berminggu-minggu menentang seruan untuk mundur. Tetapi pada hari Jumat, Muhyiddin mengakui untuk pertama kalinya, dia tidak memiliki suara mayoritas dan melakukan upaya terakhir untuk merayu oposisi dengan menjanjikan reformasi politik dan pemilihan dengan imbalan dukungan pada mosi percaya. Tawaran itu ditolak dengan suara bulat.

Sementara itu, dalam sistem politik di Malaysia, Raja Malaysia memiliki kekuatan konstitusional untuk menunjuk seorang perdana menteri dari antara anggota parlemen terpilih berdasarkan siapa yang menurutnya dapat memimpin mayoritas. 

Sebelumnya, Raja-lah yang memilih Muhyiddin sebagai perdana menteri di tahun lalu setelah pengunduran diri tak terduga dari Mahathir Mohamad.

Selanjutnya: Australia membeli vaksin Pfizer dari Polandia saat infeksi COVID-19 melonjak

Editor: Anna Suci Perwitasari