JAKARTA. Manajemen PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT) secara resmi meminta maaf atas tindakannya menggelar public expose fiktif beberapa waktu lalu.Liem Hok Seng, Komisaris Independen TIRT menyatakan permintaan maaf pada public expose yang digelar hari ini, Senin (30/6). "Kami sudah menghadapi tindakan-tindakan ke sekretaris perusahaan, ke depan kami akan lebih ketat lagi mengawasi manajemen" ujarnya.Ia mengaku, pihaknya tidak secara sengaja melakukan hal itu dan mengklaim ini merupakan pertama kalinya terjadi. Ia berjanji, hal ini tidak akan terjadi lagi. Perseroan telah melakukan pemecatan terhadap sekretaris perusahaan yang bertanggungjawab atas laporan hasil public expose pada 21 Mei 2014. Adapun, hasil public expose ketika itu ditandatangani oleh Yusak Luma Pardede. Seperti diketahui, dalam laporan itu terdapat daftar hadir dan hasil tanya jawab. Ada enam nama wartawan beserta media yang tercatat menghadiri public expose yang dijadwalkan terselenggara pada 21 Mei 2014 kemarin.Salah satu wartawan yang ada di dalam daftar hadir itu adalah Lia dari KONTAN. Padahal, yang bersangkutan tidak pernah menghadiri public expose TIRT yang diadakan di Hotel Gran Mahakam itu. Begitu pula dengan Luki Leonard, wartawan Bisnis Indonesia. Luki bilang, ia datang ke Gran Mahakam ketika itu. Namun, pihak TIRT mengatakan, tidak ada public expose lantaran manajemen Tirta Mahakam sudah tidak ada di tempat.Beberapa wartawan lain yang tercatat dalam daftar hadir adalah Silvi dari Investor Daily, Wahyu dari Koran Jakarta, Ahmad Sahid, IQ Plus, dan Reza dari Indonesia Finance Today (IFT).Ahmad dan Wahyu juga mengaku tidak datang datang dalam acara itu. Parahnya, dalam dokumen yang diserahkan kepada BEI, Yusak juga mencantumkan hasil tanya jawab wartawan dengan pihak TIRT, yaitu Yusak sendiri dan Firman G Munthe. Asal tahu saja, Wahyu adalah fotografer dari Koran Jakarta. Namun, dalam dokumen itu, ia melakukan hal yang tidak pernah dilakukan oleh fotografer pada umumnya, yaitu bertanya kepada manajemen emiten. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Akhirnya Tirta Mahakam mengaku salah & minta maaf
JAKARTA. Manajemen PT Tirta Mahakam Resources Tbk (TIRT) secara resmi meminta maaf atas tindakannya menggelar public expose fiktif beberapa waktu lalu.Liem Hok Seng, Komisaris Independen TIRT menyatakan permintaan maaf pada public expose yang digelar hari ini, Senin (30/6). "Kami sudah menghadapi tindakan-tindakan ke sekretaris perusahaan, ke depan kami akan lebih ketat lagi mengawasi manajemen" ujarnya.Ia mengaku, pihaknya tidak secara sengaja melakukan hal itu dan mengklaim ini merupakan pertama kalinya terjadi. Ia berjanji, hal ini tidak akan terjadi lagi. Perseroan telah melakukan pemecatan terhadap sekretaris perusahaan yang bertanggungjawab atas laporan hasil public expose pada 21 Mei 2014. Adapun, hasil public expose ketika itu ditandatangani oleh Yusak Luma Pardede. Seperti diketahui, dalam laporan itu terdapat daftar hadir dan hasil tanya jawab. Ada enam nama wartawan beserta media yang tercatat menghadiri public expose yang dijadwalkan terselenggara pada 21 Mei 2014 kemarin.Salah satu wartawan yang ada di dalam daftar hadir itu adalah Lia dari KONTAN. Padahal, yang bersangkutan tidak pernah menghadiri public expose TIRT yang diadakan di Hotel Gran Mahakam itu. Begitu pula dengan Luki Leonard, wartawan Bisnis Indonesia. Luki bilang, ia datang ke Gran Mahakam ketika itu. Namun, pihak TIRT mengatakan, tidak ada public expose lantaran manajemen Tirta Mahakam sudah tidak ada di tempat.Beberapa wartawan lain yang tercatat dalam daftar hadir adalah Silvi dari Investor Daily, Wahyu dari Koran Jakarta, Ahmad Sahid, IQ Plus, dan Reza dari Indonesia Finance Today (IFT).Ahmad dan Wahyu juga mengaku tidak datang datang dalam acara itu. Parahnya, dalam dokumen yang diserahkan kepada BEI, Yusak juga mencantumkan hasil tanya jawab wartawan dengan pihak TIRT, yaitu Yusak sendiri dan Firman G Munthe. Asal tahu saja, Wahyu adalah fotografer dari Koran Jakarta. Namun, dalam dokumen itu, ia melakukan hal yang tidak pernah dilakukan oleh fotografer pada umumnya, yaitu bertanya kepada manajemen emiten. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News