JAKARTA. Kepastian kenaikan harga bahan bakar (BBM) bersubsidi bakal menahan pertumbuhan kredit perbankan. Alhasil, kini, perbankan mempertimbangkan untuk merevisi rencana bisnis yang akan mereka serahkan kepada Bank Indonesia (BI) paling lambat akhir Juni ini.Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), jika harga BBM naik, pertumbuhan kredit tahun ini hanya 21,7%-23,6%. Pertumbuhan ini lebih rendah dari target yang dipatok awal tahun sebesar 22,5% -24,3%. Penurunan ini juga berimbas ke target pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), dari target sebelumnya 17,5% - 18,5% turun menjadi 17%-17,9%. Kenaikan harga BBM juga berpotensi mendorong rasio kredit bermasalah (NPL) bank meningkat menjadi 1,6% -2,1%. Salah satu bank yang berniat merevisi rencana bisnis adalah Bank Bukopin. Bank milik Yayasan Koperasi Bulog ini tengah melakukan perhitungan karena memperkirakan adanya penurunan kredit. Bukopin menargetkan kredit tahun ini tumbuh 15% atau menjadi Rp 49,32 triliun. "Pertumbuhan bisnis tahun ini cukup menantang karena bank harus menghadapi pelambatan perekonomian global," ujar Direktur Utama Bank Bukopin, Glen Glenardi, kemarin (18/6).Bank Mega juga berencana merevisi target kredit. Salah satunya penyaluran kredit usaha kecil menengah dari Rp 9 triliun menjadi Rp 7,5 triliun. Managing Director Bank Mega, Max Kembuan, menjelaskan, pemicu revisi itu tak lain adalah kenaikan harga BBM yang akan mempengaruhi daya serap kredit masyarakat. "Kami mengubah target jadi moderat," ujarnya.Tapi, Presiden Direktur Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja bilang, tidak semua bank mengubah target kredit karena dipecu kenaikan harga BBM. Faktor lain yang berasal dari eksternal ataupun internal seperti pelemahan ekonomi jadi pertimbangan bank dalam mengubah target penyaluran kredit. "Jika ada revisi RBB, itu tidak serta-merta dari kenaikan harga BBM," ucapnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Akibat BBM, bank revisi target kredit
JAKARTA. Kepastian kenaikan harga bahan bakar (BBM) bersubsidi bakal menahan pertumbuhan kredit perbankan. Alhasil, kini, perbankan mempertimbangkan untuk merevisi rencana bisnis yang akan mereka serahkan kepada Bank Indonesia (BI) paling lambat akhir Juni ini.Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), jika harga BBM naik, pertumbuhan kredit tahun ini hanya 21,7%-23,6%. Pertumbuhan ini lebih rendah dari target yang dipatok awal tahun sebesar 22,5% -24,3%. Penurunan ini juga berimbas ke target pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), dari target sebelumnya 17,5% - 18,5% turun menjadi 17%-17,9%. Kenaikan harga BBM juga berpotensi mendorong rasio kredit bermasalah (NPL) bank meningkat menjadi 1,6% -2,1%. Salah satu bank yang berniat merevisi rencana bisnis adalah Bank Bukopin. Bank milik Yayasan Koperasi Bulog ini tengah melakukan perhitungan karena memperkirakan adanya penurunan kredit. Bukopin menargetkan kredit tahun ini tumbuh 15% atau menjadi Rp 49,32 triliun. "Pertumbuhan bisnis tahun ini cukup menantang karena bank harus menghadapi pelambatan perekonomian global," ujar Direktur Utama Bank Bukopin, Glen Glenardi, kemarin (18/6).Bank Mega juga berencana merevisi target kredit. Salah satunya penyaluran kredit usaha kecil menengah dari Rp 9 triliun menjadi Rp 7,5 triliun. Managing Director Bank Mega, Max Kembuan, menjelaskan, pemicu revisi itu tak lain adalah kenaikan harga BBM yang akan mempengaruhi daya serap kredit masyarakat. "Kami mengubah target jadi moderat," ujarnya.Tapi, Presiden Direktur Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja bilang, tidak semua bank mengubah target kredit karena dipecu kenaikan harga BBM. Faktor lain yang berasal dari eksternal ataupun internal seperti pelemahan ekonomi jadi pertimbangan bank dalam mengubah target penyaluran kredit. "Jika ada revisi RBB, itu tidak serta-merta dari kenaikan harga BBM," ucapnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News