Akibat kekeringan, produksi biji kakao mengkerut



JAKARTA. Musim kemarau panjang yang melanda wilayah Indonesia tahun ini turut mempengaruhi produksi kakao dalam negeri. Diprediksi, sejumlah tanaman kakao akan mengalami gagal panen akibat minimnya curah hujan. Karena itu, produksi biji kakao dalam negeri diprediksi turun dari tahun lalu sebesar 365.000 ton menjadi di bawah 350.000 ton.

Penurunan produksi biji kakao dalam negeri akan mendorong peningkatan ekspor kakao dari mancanegara. Berdasarkan data Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), pada tahun lalu, total impor biji kakao sebesar 109.000 ton. Nah, tahun ini, Askindo memprediksi impor biji kakao bisa menembus 150.000 ton atau lebih.

Zulhefi Sikumbang ketua Askindo mengaku, miris meilihat kondisi perkebunan kakao Indonesia. Dari total lahan kakao seluas 1,4 juta hektare (ha), produksinya hanya 350.000 ton pada tahun 2014.


Kondisi ini cukup memprihatinkan saat permintaan kakao terus meningkat, dan masuknya para investor asing yang membangun pabrik pengolahan kakao dalam negeri. Saking kurangnya pasokan biji kakao, sejumlah industri kakao dalam negeri tutup.

Ia bilang, pengusaha kakao Indonesia memiliki pabrik dengan kapasitas terpasang 350.000 ton per tahun telah tutup. Sementara industri pengolahan kakao yang ada saat ini dengan kapasitas terpasang 550.000 ton per tahun dikuasai 80% perusahaan multinasional. "Sekitar 80% kepememilikan industri kakao di Tanah Air dikuasai asing," terang Zulhefi kepada KONTAN, Senin (31/8).

Zulhefi bilang, saat ini, Indonesia tidak perlu lagi investor kakao yang menawarkan industri pengolahan biji kakao setengah jadi. Menurutnya, Indonesia butuh industri kakao yang mau membangun industri yang siap untuk mengolah sampai tahap makanan seperti cokelat dan minuman coklat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri