Akibat MRT, omzet toko karpet seret (2)



Akibat proyek pembangunan mass rapid transit (MRT) di sepanjang Jalan Raya Fatmawati, omzet para pedagang karpet di  kawasan itu mulai menukik. Pasalnya, sejak proyek MRT bergulir, kemacetan lalu lintas di sekitar kawasan itu semakin parah. Akibatnya, toko karpet sepi pembeli. Omzet pedagang turun hingga 70%.

Pembangunan infrastruktur tak selamanya memberikan efek positif bagi masyarakat. Ada kalanya, proyek pembangunan infrastruktur menimbulkan efek negatif.

Setidaknya, hal itu dirasakan betul oleh pedagang karpet di kawasan Jalan Raya Fatmawati, Jakarta Selatan. Akibat proyek pembangunan mass rapid transit (MRT) yang digarap PT MRT Jakarta, sejumlah toko karpet di kawasan itu sepi pembeli.

Simak saja pengakuan Agus Sugito, staf pemasaran Toko Al-Fateh yang telah berdiri sejak tahun 2008. Menurut Agus, dalam beberapa bulan terakhir, omzet toko Al-Fateh terkikis hingga 40% dari tahun sebelumnya. “Pembangunan MRT memberikan dampak negatif terhadap usaha karpet toko kami," ujarnya.

Agus bilang, biasanya dalam sebulan, Al-Fateh dapat meraup omzet Rp 100 juta. Kini, mencari pemasukan Rp 30 juta saja sudah sulit. Dampak ini mulai terasa sejak proyek MRT ini bergulir.

Menurutnya, sejak jalur dari Cipete menuju Blok M dan sebaliknya hanya dijadikan satu arah, tingkat kemacetan di sekitar lokasi tokonya sudah sangat parah.

Setiap hari, antrean kendaraan cukup panjang kerap terjadi di kawasan itu. Sebelum pembangunan MRT, musim ramai biasa terjadi menjelang Lebaran. Tapi, Lebaran tahun ini, tokonya sama sekali tak menerima pesanan dari pelanggannya.

Agus menambahkan, Al-Fateh menjual berbagai karpet impor dari Turki, India dan Iran. Untuk karpet yang terbuat dari mesin, Al-Fateh membanderol harganya Rp 2,5 juta hingga Rp 30 juta. Sementara karpet handmade asal Iran dibanderol berkisar Rp 40 juta hingga Rp 50 juta per lembar.

Dampak pembangunan MRT juga dirasakan oleh Lesh N.R, pemilik Toko Cipta Indah yang berada di depan pintu masuk ITC Fatmawati. Lesh menjalankan usaha karpet yang telah dirintis ayahnya sejak 30 tahun silam.

Lesh bilang, pembangunan MRT sangat memberikan dampak negatif bagi perkembangan bisnisnya. “Para pelanggan jadi malas datang, karena sudah membayangkan mereka akan terjebak macet yang parah jika berkunjung ke sini,” katanya.

Ia menambahkan, sebelum pembangunan MRT, Lesh mengaku sudah mengalami penurunan penjualan hingga 40%. Kini, setelah ada proyek pembangunan MRT, tokonya harus menanggung penurunan omzet hingga 70%.

Bahkan, Lesh mengaku situasi sekarang tak mengenal lagi musim ramai penjualan. Dulu, menjelang akhir pekan, tokonya selalu ramai pengunjung. Sejak ada pembangunan MRT, ia harus rela menutup tokonya pada hari dan Minggu karena tak ada pengunjung sama sekali.

Sayang, Lesh enggan membeberkan omzet usahanya. Yang jelas, untuk menggaji karyawannya, ia harus merogoh kocek dari tabungan pribadi. “Saat ini, tak ada lagi musim ramai. Sebab, musim Lebaran dan hari biasa sudah sama saja penjualannya,” kata Lesh.     

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi