KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan industri kemasan fleksibel PT Argha Karya Prima Industry Tbk merivisi target kinerja laba tahun ini. Hal ini imbas dari kebakaran pabriknya di Citereup, Bogor pada Mei lalu. Catatan saja kejadian kebakaran tersebut terjadi pada akhir bulan Mei (28/5) dan mengakibatkan kerusakan pada sebagian fasilitas produksi. Pabrik ini berkapasitas 100.000 ton plastik kemasan per tahun. Produk utama yang dihasilkan Perseroan adalah kemasan fleksibel berupa plastik film jenis BOPP (Biaxially Oriented Polypropylene) dan BOPET (Biaxially Oriented Polyethylene Terepthalate) atau Polyester.Produk jenis plastik film tersebut dipasarkan dengan merek dagang ARLENE dan ARETA. Direktur PT Argha Karya Prima Industry Tbk, Jimmy Tjahjanto mengatakan karena pabrik terbakar pada awal tahun menyebabkan adanya revisi target laba. Disamping itu kondisi pasar yang belum baik juga membuat kinerja perusahaan sepenuhnya pulih. "Penjualan tahun ini berkisar Rp 2,25 triliun dan laba berkisar Rp 20 miliar," kata Jimmy kepada KONTAN, Sabtu (17/11). Padahal sebelum pabrik terbakar, emiten berkode saham AKPI ini menargetkan laba bersih mencapai Rp 50 miliar. Asal tahu, tahun lalu laba bersih perseroan mencapai Rp 13,3 miliar Namun prediksi perseroan pasca kebakaran pabrik akan ada penurunan penjualan 10% justru tidak terjadi. Adapun dari laporan keuangan 2017, penjualan neto AKPI sebesar Rp 2,06 triliun. Sedangkan pada periode Januari - September 2018 tercatat penjualan neto perseroan sebesar Rp 1,79 triliun atau naik dari periode sama tahun lalu sebanyak Rp 1,53 triliun. Sedangkan laba bersih AKPI di kuartal III-2018 tercatat sebanyak Rp 5,46 miliar atau turun dari periode sama tahun lalu sebanyak Rp 15,1 miliar. Tahun ini perseroan sudah punya beberapa strategi yang dijalankan untuk tingkatkan kinerja. Meningkatkan penjualan produk yang memiliki marjin penjualan yang tinggi yaitu produk-produk premium. Salah satu langkahnya melakukan investasi baru yaitu pengadaan mesin metalizing yang dapat memberikan nilai tambah produk yaitu produk-produk premium. Tahun 2019 nanti Jimmy mengaku belum ada rencana ekpansi. Hanya saja perseroan menganggarkan capital expenditure (capex) regular atau biasa untuk peremajaan mesin sekitar Rp 20 miliar sampai Rp 30 miliar. "Tahun depan target penjualan masih berkisar Rp 2,3 triliun. Tidak ada penambahan kinerja karena tidak ada ekspansi tahun depan," pungkas Jimmy. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Akibat pabrik terbakar, AKPI revisi target laba
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan industri kemasan fleksibel PT Argha Karya Prima Industry Tbk merivisi target kinerja laba tahun ini. Hal ini imbas dari kebakaran pabriknya di Citereup, Bogor pada Mei lalu. Catatan saja kejadian kebakaran tersebut terjadi pada akhir bulan Mei (28/5) dan mengakibatkan kerusakan pada sebagian fasilitas produksi. Pabrik ini berkapasitas 100.000 ton plastik kemasan per tahun. Produk utama yang dihasilkan Perseroan adalah kemasan fleksibel berupa plastik film jenis BOPP (Biaxially Oriented Polypropylene) dan BOPET (Biaxially Oriented Polyethylene Terepthalate) atau Polyester.Produk jenis plastik film tersebut dipasarkan dengan merek dagang ARLENE dan ARETA. Direktur PT Argha Karya Prima Industry Tbk, Jimmy Tjahjanto mengatakan karena pabrik terbakar pada awal tahun menyebabkan adanya revisi target laba. Disamping itu kondisi pasar yang belum baik juga membuat kinerja perusahaan sepenuhnya pulih. "Penjualan tahun ini berkisar Rp 2,25 triliun dan laba berkisar Rp 20 miliar," kata Jimmy kepada KONTAN, Sabtu (17/11). Padahal sebelum pabrik terbakar, emiten berkode saham AKPI ini menargetkan laba bersih mencapai Rp 50 miliar. Asal tahu, tahun lalu laba bersih perseroan mencapai Rp 13,3 miliar Namun prediksi perseroan pasca kebakaran pabrik akan ada penurunan penjualan 10% justru tidak terjadi. Adapun dari laporan keuangan 2017, penjualan neto AKPI sebesar Rp 2,06 triliun. Sedangkan pada periode Januari - September 2018 tercatat penjualan neto perseroan sebesar Rp 1,79 triliun atau naik dari periode sama tahun lalu sebanyak Rp 1,53 triliun. Sedangkan laba bersih AKPI di kuartal III-2018 tercatat sebanyak Rp 5,46 miliar atau turun dari periode sama tahun lalu sebanyak Rp 15,1 miliar. Tahun ini perseroan sudah punya beberapa strategi yang dijalankan untuk tingkatkan kinerja. Meningkatkan penjualan produk yang memiliki marjin penjualan yang tinggi yaitu produk-produk premium. Salah satu langkahnya melakukan investasi baru yaitu pengadaan mesin metalizing yang dapat memberikan nilai tambah produk yaitu produk-produk premium. Tahun 2019 nanti Jimmy mengaku belum ada rencana ekpansi. Hanya saja perseroan menganggarkan capital expenditure (capex) regular atau biasa untuk peremajaan mesin sekitar Rp 20 miliar sampai Rp 30 miliar. "Tahun depan target penjualan masih berkisar Rp 2,3 triliun. Tidak ada penambahan kinerja karena tidak ada ekspansi tahun depan," pungkas Jimmy. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News