Akibat perang dagang, petani Amerika butuh bantuan untuk bertahan



KONTAN.CO.ID - CHICAGO. Pemilihan Umum Amerika Serikat (AS) 2020 akan berdampak pada pertanian di negara tersebut. Maka itu para petani berharap adanya bantuan dan pembukaan kembali pasar ekspor utama pada tahun depan.

Jika anggota kongres AS tidak dapat menyetujui perjanjian perdagangan bebas antara Amerika Serikat, Meksiko dan Kanada (USMCA) akan menjadi batu sandungan untuk transaksi perdagangan besar lainnya, termasuk dengan Uni Eropa dan Jepang menurut Presiden Federasi Biro Pertanian Amerika Zippy Duvall.

Menurut Duvall, para petani telah berjuang untuk bisa bertahan di tahun ini karena adanya pembatasan ekspor komoditas China sehingga mempengaruhi penjualan kedelai AS. Mereka kemudian mengandalkan pasar lain seperti Meksiko dan Eropa sebagai pasar untuk produk pertanian AS.

“Semakin dalam kita memasuki musim kampanye AS, maka akan semakin sulit untuk meratifikasi USMCA atau kesepakatan perdagangan apa pun. Ini bukan mengenai perjanjian dan kebutuhan tetapi hanya masalah retorika di sekeliling pemilu,” kata Duvall, yang dilansir Reuters, Rabu (19/6).

Duvall mengaku bahwa Biro Pertanian semakin khawatir memasuki tahun ketiga 2019 karena terbatasnya akses ekspor ke pasar utama. Padahal, kondisi pertanian Amerika tengah terpukul akibat penurunan harga panen dan tengah mengalami kerusakan pertanian akibat terkena banjir.

Pemerintahan Trump berjanji memberikan bantuan sebesar US$ 28 miliar untuk memberikan dukungan kepada petani AS dalam dua tahap. Mulai dari pemberian kompensasi dari sisi harga yang lebih rendah untuk menyokong kebutuhan barang-barang pertanian serta kerugian penjualan akibat perselisihan perdagangan dengan China dan negara-negara lain.

“Jika kita tidak menyelesaikan USMCA, maka kita tidak mendapatkan solusi dari masalah Amerika di China atau Jepang. Kami perlu membicarakan tentang cara pembayaran lain untuk membantu petani sampai selesai,” tambahnya.

Pada tahap pertama, pemberian bantuan hingga US$ 12 miliar kepada petani untuk melindungi mereka dari dampak sengketa perdagangan antara Amerika Serikat dan Cina, Uni Eropa dan lainnya.

Dana tersebut berasal dari Commodity Credit Corporation (CCC), yaitu suatu badan yang didirikan pada masa depresi ekonomi di tahun 1930-an. Nantinya badan ini akan memberikan kerugian yang diperkirakan mencapai US$ 11 miliar kepada petani yang terkena dampak akibat perang dagang.

Program yang disebut Bump Trump’s ini seharusnya tidak dilakukan sekali. Tetapi awal tahun ini pemerintah Trump berencana mengeluarkan dana CCC untuk kedua kalinya hingga US$ 16 miliar sebagai dukungan kepada pertanian AS. Selain itu, badan ini mendapatkan pinjaman hingga US$ 30 miliar dari Departemen Keuangan Amerika.

Dengan batasan dana tersebut, Biro Pertanian dan perkumpulan pertanian sudah mulai mempertanyakan apakah dana mencukupi untuk putaran ketiga.

“Presiden terus memberikan dukungan dengan mengatakan Trump akan berdiri di belakang petani dan dia menyampaikannya sejauh ini. Tapi aku tidak tahu berapa lama lagi ini bisa dilakukan,” pungkasnya.

Editor: Tendi Mahadi