KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT AKR Corporindo Tbk (
AKRA) merosot dipengaruhi penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang lebih rendah. Ke depan, pendapatan dari segmen penjualan lahan diharapkan dapat mendukung pemasukan AKRA. Analis Sinarmas Sekuritas Inav Haria Chandra menyoroti, kinerja AKRA dipengaruhi capaian laba AKRA di kuartal kedua ini yang meleset dari ekspektasi. Dimana, laba bersih AKRA sebesar Rp 408 miliar, turun 32% secara QoQ dan 4% secara YoY mengikuti pendapatan yang lebih rendah dari segmen perdagangan dan distribusi (T&D) sekitar 4%YoY. Alhasil, laba bersih AKRA turun 2,7% YoY menjadi Rp 1 triliun per semester I-2024, mengikuti pendapatannya yang merosot 6,04% YoY menjadi Rp 18,65 triliun. Laba bersih AKRA selama periode Januari – Juni tersebut baru mewakili 30% dari estimasi setahun penuh Sinarmas Sekuritas dan 34% dari estimasi konsensus untuk 2024.
Inav mengamati, kinerja AKRA yang mengecewakan ini disebabkan oleh penundaan izin pertambangan, liburan panjang di bulan April, dan curah hujan yang lebih tinggi, sehingga memengaruhi penjualan minyak bumi alias BBM. Sisi positifnya, pendapatan dari bahan kimia telah pulih, meskipun laba kotor masih lebih rendah karena harga jual rata-rata (ASP) yang telah bergerak normal.
Baca Juga: Masih Menarik Dikoleksi, Simak Rekomendasi Saham Energi dan Tambang Di segmen kawasan industri, penjualan lahan mencapai 18,1 hektare (ha) di semester pertama 2024, yang sebagian besar berasal dari perusahaan otomotif dan baja. Namun, hasil penjualan ini hanya mencapai 14% dari target setahun penuh AKRA sebesar 130 ha. Adapun seiring adanya tantangan yang tidak terduga di segmen T&D, AKRA telah merevisi target pertumbuhan laba tahun 2024 bakal turun dari 12-15% menjadi 4-7%. Meskipun permintaan lemah di periode Januari – Juni 2024, perusahaan memproyeksikan laba kotor segmen T&D masih akan tumbuh sebesar 1-3% tahun ini, dibandingkan panduan sebelumnya sebesar 6-8%. Inav melihat, manajemen AKRA tetap optimistis bahwa peningkatan aktivitas dari perusahaan pertambangan yang mengejar kuota RKAB akan mendorong permintaan minyak bumi di semester kedua. AKRA pun telah memperbarui panduannya tentang penjualan tanah, menetapkan target batas bawah pada 115 hektare sambil mempertahankan 130 hektare sebagai target optimistis. “Perusahaan berharap dapat segera menyelesaikan penjualan lahan seluas 14 hektare kepada Hebang dan mengharapkan kontribusi lebih lanjut dari perusahaan-perusahaan kimia dan logam,” ungkapnya dalam riset 26 Juli 2024.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Emiten Migas dengan Kinerja Moncer di Semester I-2024 Dengan perkembangan terkini AKRA, Sinarmas Sekuritas telah merevisi target laba bersih AKRA bakal turun sebesar 11% dari proyeksi awal menjadi Rp 2.93 triliun. Namun demikian, proyeksi tersebut masih lebih tinggi 5% YoY daripada capaian laba bersih tahun lalu sebesar Rp 2,78 triliun. Inav mencermati bahwa prospek AKRA akan terus membaik ke depannya. Meskipun prospek konservatif untuk tahun ini, manajemen AKRA masih percaya bahwa lintasan pertumbuhan dua digit jangka menengah akan tetap utuh. Emiten distributor BBM ini mengharapkan aktivitas penambangan yang lebih tinggi, terutama dari perusahaan nikel, untuk mendorong peningkatan permintaan minyak bumi tahun depan. AKRA juga melihat pertumbuhan berkelanjutan dalam penjualan bahan kimia terutama soda api dan asam sulfat, didorong oleh meningkatnya permintaan peleburan dan berkurangnya kendala pasokan. Di segmen kawasan industri, AKRA memandang peresmian Freeport Indonesia sebagai tonggak penting. AKRA berharap bahwa pembangunan ini akan menarik penyewa tambahan dan berkontribusi pada peningkatan utilitas dan pendapatan pelabuhan di masa mendatang. Menurut Inav, katalis potensial bagi AKRA termasuk pengumuman penjualan lahan tambahan. Sementara risiko utama yang perlu diwaspadai adalah tantangan dalam pengembangan perumahan, penjualan lahan industri yang lebih rendah, dan penurunan lebih lanjut dalam volume penjualan T&D.
Baca Juga: Kinerja Emiten Migas Kompak Menguat, Intip Rekomendasi Sahamnya Analis Kiwoom Sekuritas Miftahul Khaer mengamati, kinerja AKRA yang lebih rendah pada semester pertama tahun ini salah satunya karena penurunan pada dua segmen pendapatan utama yakni segmen kontrak dengan pelanggan dan segmen sewa. Kedua segmen tersebut terpantau turun -6,08% YoY dan segmen sewa 3,92% YoY. “Penurunan kinerja AKRA ini juga sejalan dengan turunnya harga minyak mentah dunia yang berakibat pada penurunan penjualan AKRA di periode enam bulan pertama tahun ini,” ujar Khaer saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (20/8).
Kendati demikian, Khaer meyakini bahwa prospek kinerja AKRA masih cukup solid. Pertumbuhan laba inti sebesar 8% dan penjualan lahan JIIPE yang lebih tinggi menunjukkan AKRA masih memiliki prospek yang baik ke depannya. Selain itu, target beroperasinya 80 SPBU BP AKR hingga akhir tahun 2024 juga akan turut berdampak pada kinerja AKRA di periode mendatang. Dari sisi harga saham, valuasi saham AKRA juga tergolong cukup menarik. Khaer merekomendasikan
trading buy untuk AKRA dengan target harga sebesar Rp 1.540 per saham. Sementara Inav mempertahankan
add untuk AKRA dengan lebih rendah menjadi Rp1,750 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati