KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) merevisi target kinerja di sisa tahun ini. Direktur dan
Corporate Secretary AKR Corporindo Suresh Vembu mengatakan, setelah rilis hasil kinerja enam bulan pertama 2022, Manajemen AKRA merevisi panduan pertumbuhan laba setahun penuh dari 60% menjadi 70% pada tahun 2022. Sebagai perbandingan, laba AKRA pada tahun lalu sebesar Rp 1,11 triliun. Hitungan Kontan.co.id, AKRA membidik laba bersih senilai Rp 1,9 triliun tahun ini. Adapun pada semester pertama tahun ini, laba bersih AKRA tumbuh sebesar 74% menjadi Rp 955,46 miliar. Tahun ini, Suresh bilang AKRA optimistis dapat memenuhi target setahun penuh yang dianggarkan. AKRA menargetkan penjualan lahan seluas 40 hektar di Kawasan Industri Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) yang berada di Kabupaten Gresik. Sementara itu, AKRA membidik pertumbuhan volume penyaluran bahan bakar minyak (BBM) sebesar 8% hingga 10% di tahun 2022
Lebih lanjut, Suresh juga meyakini penjualan segmen bahan kimia akan tumbuh moncer di tahun ini.
Baca Juga: Summarecon Agung Terus Ekspansi, Begini Rekomendasi Saham SMRA “Kami percaya AKRA harus dapat memenuhi
guidance ini mengingat permintaan yang kuat untuk BBM dan bahan kimia dasar pada paruh kedua tahun 2022. Dengan pemesanan penjualan tanah JIIPE di paruh kedua 2022, kami yakin kami dapat melampaui panduan,” terang Suresh kepada Kontan.co.id, Kamis (13/10). Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan menilai, dengan bisnis penyaluran BBM yang dimiliki, AKRA bakal kecipratan
booming harga komoditas, khususnya batubara. Produksi batubara Indonesia diperkirakan akan mencapai 663 juta ton pada tahun ini atau 8% lebih tinggi dibandingkan pencapaian tahun lalu. Dengan demikian, lanjut Hasan, para penambang ini membutuhkan lebih banyak bahan bakar minyak untuk mencapai target produksi 2022 yang agresif. Sebab, berkat melonjaknya harga komoditas energi ini, prioritas utama penambang batubara adalah memanfaatkan momentum dengan meningkatkan produksi. “Akibatnya, prioritas dialihkan untuk mengamankan pasokan minyak guna mendukung rencana produksi. Kenaikan harga bahan bakar diimbangi dengan melonjaknya harga jual rata-rata atau
average selling price (ASP) batubara,” tulis Hasan dalam riset, Senin (10/12) Tidak hanya dari segmen BBM, cuan AKRA juga datang dari pertumbuhan bisnis bahan kimia. Pertumbuhan segmen ini berasal dari menjamurnya pabrik pengolahan (smelter) High Pressure Acid Leach (HPAL) di Indonesia. Smelter HPAL mengolah bijih limonit melalui metode hidrometalurgi yang membutuhkan asam sulfat selama proses
leaching. Saat ini, kontribusi asam sulfat terhadap total volume penjualan bahan kimia AKRA memang masih minim. Namun, Hasan memperkirakan adanya potensi kontribusi yang signifikan dari asam sulfat seiring tumbuhnya permintaan asam sulfat secara eksponensial sejalan dengan selesainya proyek-proyek smelter HPAL. Prospek AKRA juga ditopang oleh kehadiran Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE). Manajemen menyebutkan bahwa AKRA akan membukukan pengakuan pendapatan dari penjualan lahan sekitar 37 hektare (ha) di kuartal keempat 2022. Dus, total penjualan lahan pada 2022 akan mencapai sekitar 40 ha. Ini karena AKRA telah membukukan penjualan lahan seluas 3,5 ha di paruh pertama 2022. Adapun JIIPE sedang dalam tahap negosiasi untuk pelanggan di industri kimia, kaca, logam, dan barang konsumsi. Dengan demikian, BRI Danareksa Sekuritas berekspektasi AKRA dapat membukukan penjualan lahan seluas 40 ha tahun depan.
Baca Juga: Analis Rekomendasi Saham PTBA BBRI BBNI, Harga Diprediksi Naik Sampai Akhir 2022 BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham AKRA dengan target harga Rp 1.800. AKRA dinilai memiliki infrastruktur yang unggul dan juga model bisnis yang defensif di tengah kondisi
supply chains yang menantang saat ini. Analis MNC Sekuritas Andrew Sebastian Susilo merekomendasikan
hold saham AKRA dengan target harga Rp 1.550. Sebagai pemimpin pasar di industri distribusi bahan kimia, Andrew melihat AKRA mampu membukukan pertumbuhan kinerjanya di 2022, seiring dengan kenaikan harga minyak dan gas dunia. Keberadaan JIIPE juga dinilai Andrew dapat mendongkrak kinerja AKRA di 2025. Sebab, pesona JIIPE terbukti mampu menarik banyak
tenant ternama, termasuk PT Freeport Indonesia yang saat ini sedang membangun smelter tembaga terbesarnya di kawasan ini. Tahun ini, MNC Sekuritas memproyeksi AKRA akan membukukan pendapatan senilai Rp 44,71 triliun dan akan naik menjadi Rp 45,98 triliun. Dari sisi
bottomline, AKRA diestimasikan membukukan laba bersih Rp 1,88 triliun di tahun ini dan akan naik menjadi Rp 1,93 triliun di tahun depan.
Pada perdagangan Kamis (13/10), saham AKRA ditutup melemah 2,76% ke level Rp 1.410.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Tendi Mahadi